Gunung Emas di Antartika: Misteri di Balik Fenomena Alam Unik

0
Penampakan Gunung Erebus di Antartika. (foto: istock/James Moore)
Advertisement

Sudutkota.id- Siapa sangka di tengah hamparan es Antartika yang dingin dan sunyi, tersembunyi sebuah fenomena alam yang begitu menakjubkan. Gunung Erebus, gunung berapi aktif tertinggi kedua di benua beku itu, ternyata memiliki rahasia unik yaitu memuntahkan emas.

Bagaimana bisa sebuah gunung berapi mengeluarkan logam mulia seperti emas? Prosesnya cukup rumit dan melibatkan aktivitas vulkanik yang sangat spesifik. Di dalam perut Gunung Erebus, terdapat danau lava yang sangat panas. Ketika gunung berapi ini meletus, gas-gas panas yang mengandung partikel emas terlontar ke udara. Saat suhu mendingin, partikel-partikel emas ini kemudian mengkristal dan membentuk butiran-butiran kecil yang berkilauan.

Dikutip dari Live Science, Gunung Erebus pertama kali ditemukan pada tahun 1841 oleh Kapten Sir James Clark Ross. Ia memberi sebutan Erebus untuk gunung ini berdasarkan nama kapalnya. Butuh lebih dari 130 tahun bagi gunung ini untuk aktif kembali.

Sementara itiz Conor Bacon, yang bekerja di Lamont-Doherty Earth Observatory di Columbia University, New York, Amerika Serikat, mengatakan bahwa kejadian ini cukup langka.

“Ini sebenarnya cukup langka, karena memerlukan beberapa kondisi yang sangat spesifik untuk dipenuhi guna memastikan permukaannya tidak pernah membeku,” jelasnya.

Para ahli juga menemukan selama periode aktivitas vulkanik masa lalu, Erebus telah memuntahkan ‘bom vulkanik’ berupa bongkahan batu yang sebagian meleleh.

Dengan ketinggian 3.794 meter, danau ini secara teratur melepaskan gas dan uap yang mengandung kristal-kristal kecil mengandung emas metalik yang lebarnya hanya 20 mikrometer.Jumlahnya mungkin terdengar sedikit. Tetapi dalam sehari, Gunung Erebus menghasilkan sekitar 80 gram bintik emas.

Debu-debu berharga ini diperkirakan bernilai total USD 6.000 atau setara Rp 91,3 juta.Akan tetapi, debu-debu emas ini terbawa oleh gas yang bersuhu 1.000 °C ke permukaan, kemudian mengkristal di permukaan lava yang berkerak karena pengaruh lingkungan.

Philip Kyle dari New Mexico Institute of Mining and Technology mengungkapkan, terbentuknya emas dari material yang dimuntahkan gunung berapi tersebut terbantu oleh sifat Erebus yang relatif tenang dibandingkan dengan gunung berapi aktif lainnya.

Yang lebih menarik lagi, debu emas dari Gunung Erebus ini tidak hanya ditemukan di sekitar kawah gunung, tetapi juga terdeteksi hingga 900 kilometer jauhnya. Hal ini menunjukkan bahwa letusan Gunung Erebus mampu menyebarkan partikel emas dalam jumlah yang cukup signifikan ke atmosfer.

Penemuan emas di Gunung Erebus tidak hanya menarik minat para ilmuwan, tetapi juga memunculkan berbagai pertanyaan baru. Apakah kita bisa mengeksploitasi emas ini? Bagaimana dampaknya terhadap lingkungan? Dan apakah ada gunung berapi lain di dunia yang memiliki fenomena serupa?

Meskipun begitu, untuk saat ini eksploitasi emas di Gunung Erebus masih sangat sulit dan tidak efisien. Selain kondisi alam yang ekstrem, terdapat juga pertimbangan etika dan lingkungan yang harus diperhatikan. (Ka)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here