Sudutkota.id – Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto, berbicara lugas tanpa basa-basi. Ia menegaskan bahwa penanggulangan Tuberkulosis (TBC) di Kota Batu tak boleh berhenti di tataran data dan laporan. Hal itu disampaikan di Ruang Rapat Utama Balai Kota Among Tani, Selasa (28/10/2025) kemarin.
“Kalau sudah darurat, ya harus disikapi seperti darurat. Bukan cuma urusan dokter, tapi urusan kita semua,” tegas Heli.
Nada suaranya menggambarkan kegelisahan yang beralasan. Data terakhir mencatat, penemuan kasus TBC di Kota Batu baru 48,77 persen, dengan 86,40 persen pasien yang sudah memulai pengobatan.
Angka yang menunjukkan kerja keras sudah berjalan, tapi belum cukup untuk menutup celah penularan di lapangan. Heli menilai, akar persoalan TBC di Kota Batu bukan hanya soal medis, melainkan juga soal kesadaran sosial.
“Banyak warga yang masih menunda berobat karena stigma, dan banyak yang belum tahu cara mencegah penularan di lingkungan rumah,” ujarnya.
Karena itu, politisi Gerindra tersebut mendorong agar Pemkot Batu segera menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) TBC dan membentuk Tim Percepatan Penanggulangan. Tak hanya dinas kesehatan, tapi juga pemerintah desa, Tagana, PSM, hingga Posyandu Lansia yang setiap hari bersentuhan langsung dengan warga.
Perwakilan dari TP2TBC Provinsi Jawa Timur yang hadir dalam rapat itu mengingatkan target besar nasional eliminasi TBC pada tahun 2030. Indonesia ingin menurunkan kasus hingga 80 persen dan kematian hingga 90 persen.
“Jadi harus ada langkah konkret mulai pelatihan petugas lapangan, skrining rutin di desa-desa, hingga edukasi di Posyandu. Pemerintah ingin menjadikan setiap sudut kota sebagai ruang sadar TBC tempat warga tak takut periksa dan tak malu bicara tentang penyakit ini,” katanya.
Ia berharap Kota Batu harus bisa menjadi contoh bahwa melawan TBC itu bukan hanya kerja dokter, tapi kerja warga yang peduli.
“Seluruh masyarakat Kota Batu harus sehat, bebas dari TBC. Sinergi semua pihak harus dikuatkan untuk menekan TBC,” tuturnya.
