PemerintahanPolitik

Perang Gaib Berebut Kursi Sekda: Ketegangan di Balik Senyum Sidang Pansus Kabupaten Malang

25
×

Perang Gaib Berebut Kursi Sekda: Ketegangan di Balik Senyum Sidang Pansus Kabupaten Malang

Share this article
Aroma persaingan memperebutkan jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang kian terasa menyengat. Di balik senyum formal dan salam hormat antarkandidat, aroma 'perang dingin' bahkan disebut-sebut sudah menjurus ke 'perang gaib'.
Suasana sidang Pansus RPJMD Kabupaten Malang di Gedung DPRD Kabupaten Malang. Nampak sejumlah kandidat Sekda yang diminta ketua pansus untuk duduk di depan.(foto:istimewa)

Sudutkota.id – Aroma persaingan memperebutkan jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang kian terasa menyengat. Di balik senyum formal dan salam hormat antarkandidat, aroma ‘perang dingin’ bahkan disebut-sebut sudah menjurus ke ‘perang gaib’.

Meski proses Seleksi Terbuka (Selter) jabatan Sekda baru akan resmi dimulai dalam dua pekan mendatang, gelombang manuver politik dan pencitraan para calon sudah memanas bak bara dalam sekam.

Di tengah hangatnya aroma persaingan tersebut, suasana berbeda justru tercipta dalam Sidang Panitia Khusus (Pansus) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang 2025–2030, yang digelar, pada Rabu (25/6/2025), di ruang Paripurna DPRD.

Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan sekaligus Ketua Pansus RPJMD DPRD Kabupaten Malang, Abdul Qodir, yang memimpin sidang, membuat kejutan saat sesi pembukaan.

Begitu sidang dimulai, satu per satu calon potensial Sekda dipanggil secara khusus untuk duduk berdampingan di meja depan.

“Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya minta Pak Oong (Khairul Isnaidi Kusuma, Kadis PUBM) dan Pak Budiar (Kadis PU Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya) duduk di depan. Kemudian Pak Avicenna (Kadis Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan) dan Pak Nurcahyo (Pj. Sekda) juga ikut ke depan bersama Pak Made Arya (Kepala Badan Pendapatan Daerah),” ujar Abdul Qodir di hadapan sekitar 30 pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Baca Juga :  Membanggakan! Heni Nurani dari UM Sabet Juara III MTQ Mahasiswa Internasional

Setelah semuanya duduk berjejer, Abdul Qodir pun menjelaskan maksudnya.

“Bapak/Ibu sekalian, sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa nama-nama yang saya panggil ini sedang menghiasi pemberitaan media akhir-akhir ini sebagai calon kuat Sekda. Kami sengaja minta mereka duduk bersama dalam satu frame, agar publik tahu bahwa tidak ada rivalitas panas di antara mereka,” tegasnya.

Tepuk tangan bergemuruh pun memenuhi ruangan. Suasana sidang yang semula formal berubah hangat. Abdul Qodir bahkan menyampaikan bahwa siapapun yang nantinya terpilih sebagai Sekda definitif, dialah yang akan menjadi ‘dirijen utama’ dalam pelaksanaan RPJMD Kabupaten Malang 2025–2030.

Kehadiran para calon Sekda dalam satu meja menjadi momen simbolik yang menenangkan suasana. Namun publik tentu tetap mencermati dinamika di balik panggung.

“Ini bukan sekadar kompetisi jabatan. Ini soal arah kebijakan birokrasi lima tahun ke depan,” pungkas Adeng sapaan akrab politisi dari PDI Perjuangan ini.

Baca Juga :  Polres Malang Gerebek Arena Sabung Ayam di Karangploso, Puluhan Motor dan Ayam Diamankan

Dalam pantauan awak media, tak diragukan Abdul Qodir memang cukup piawai dalam memainkan perannya memimpin sidang pansus yang berlangsung, terlihat banyak joke-joke segar yang disampaikan, sehingga suasana sidang pansus menjadi terasa hidup dibuatnya.

Sebelumnya, Ahmad Khoesairi, koordinator LSM Pro Desa, mengungkapkan bahwa tensi kompetisi perebutan jabatan Sekda sudah terasa di lapangan.

Bahkan, hasil polling yang beredar di berbagai kanal media sosial mulai dijadikan alat kampanye terselubung untuk menaikkan popularitas masing-masing kandidat.

“Sudah ramai polling-polling itu. Tapi lucunya, setiap polling hasilnya beda. Ini indikasi kalau ada semacam desain untuk pencitraan. Bisa jadi itu dipesan,” kata Kusairi, pada Jumat (20/6/2025) lalu.

Dalam situasi seperti ini, harapan terbesar tetap sama, seleksi Sekda harus bersih, transparan, dan berpihak pada kepentingan rakyat. Bukan sekadar akomodasi politik atau pencitraan.

“Biarpun ada ‘perang gaib’ dan strategi saling adu pencitraan, pada akhirnya yang terbaiklah yang harus menang. Bukan yang paling kencang suaranya,” tegas Khoesairi.(mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *