Sudutkota.id- Proses pembuatan sake kuno Jepang diresmikan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Diharapkan pengakuan ini akan menghidupkan kembali minat global terhadap anggur beras tradisional yang sudah ada sejak berabad-abad lalu, meskipun popularitasnya di dalam negeri sedang menurun.
Perwakilan Jepang pada Konferensi Warisan Budaya Dunia ke-19 UNESCO di Paraguay merayakan pengakuan tersebut dengan menikmati sake pada Rabu (04/12).
Sake adalah minuman yang dibuat dengan memfermentasi beras, air, ragi, dan jamur berwarna koji selama beberapa minggu, dalam proses yang lebih mirip dengan pembuatan bir daripada anggur. Sake dapat dinikmati panas, dingin, atau pada suhu ruangan.
Sake memainkan peran penting dalam masyarakat dan tradisi Jepang, sering disajikan selama upacara dan makanan khusus, meski permintaan minuman ini telah surut di dalam negeri bahkan ketika permintaan internasional meningkat
Para produsen sake berharap pengakuan UNESCO akan mempercepat ekspor mereka dan membangkitkan kembali antusiasme terhadap minuman tersebut di dalam negeri.
“Kami sangat gembira, pengakuan internasional melalui mekanisme ini akan memperbarui minat masyarakat Jepang di bidang ini, dan hal itu dapat menghasilkan momentum yang lebih besar untuk mewariskan keterampilan dan pengetahuan ini kepada generasi berikutnya,” kata perwakilan tetap Jepang untuk UNESCO, Takehiro Kano seperti dikutip dari Reuters.
UNESCO, badan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengakui warisan budaya takbenda untuk mempromosikan pelestariannya bagi generasi mendatang.
Selain tradisi sake Jepang. Dalam konferensi tersebut juga menobatkan budaya sari buah apel Asturias di Spanyol dan pembuatan tong raksasa di Guatemala yang diakui dalam daftar warisan budaya UNESCO. (Ka)