Sudutkota.id- Gencatan senjata di Gaza yang telah ditetapkan ditunda setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta Hamas untuk memberikan daftar sandera yang akan dibebaskan pada hari itu dan Hamas mengatakan pihaknya tidak dapat melakukannya karena alasan teknis.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diberikan pada pukul 08.30 waktu setempat pada Minggu (19/01) gencatan senjata seharusnya berlaku, namun Hamas tidak memenuhi kewajibannya dan bahwa Israel akan terus menyerang selama Hamas tidak memenuhi tuntutannya
Keputusan Netanyahu ini mencuat satu jam sebelum waktu batas bagi gencatan senjata. Sejumlah sandera diprediksi akan segera dibebaskan setelah gencatan senjata berlaku, membuka pintu bagi kemungkinan berakhirnya konflik yang telah berlangsung selama 15 bulan di Timur Tengah.
Kabinet Israel telah menyetujui persetujuan dengan Hamas untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza.
“Perdana menteri menginstruksikan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) bahwa gencatan senjata tidak akan dimulai tepat waktu hingga Israel menerima daftar sandera yang akan dibebaskan sesuai dengan janji yang diberikan oleh Hamas,” pernyataan kantornya seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Hamas menegaskan komitmennya terhadap kesepakatan gencatan senjata Gaza, dengan mengatakan keterlambatan dalam mengungkapkan nama-nama sandera yang akan dibebaskan pada tahap pertama adalah karena “alasan teknis di lapangan”.
Media pro- Hamas melaporkan, pasukan Israel telah mulai menarik diri dari wilayah Rafah Gaza ke koridor Philadelphi di sepanjang perbatasan antara Mesir dan Gaza.
Ledakan terdengar di Gaza hingga batas waktu. Pukul 08.30 waktu setempat, warga Gaza bersorak dan beberapa tembakan terdengar ke udara di kota selatan Khan Younis.
Namun, Militer Israel memperingatkan penduduk Gaza agar tidak mendekati pasukannya atau bergerak di wilayah Palestina menjelang batas waktu gencatan senjata, dan menambahkan bahwa jika pergerakan diizinkan, pernyataan dan instruksi mengenai metode transit yang aman akan dikeluarkan.
Perjanjian gencatan senjata ini merupakan hasil negosiasi selama berbulan-bulan yang ditengahi oleh Mesir, Qatar dan Amerika Serikat, dan terjadi menjelang pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump pada 20 Januari .
Gencatan senjata tiga tahap akan berlaku pada pukul 08.30 waktu setempat pada hari Minggu (19/01).
Tahap pertamanya akan berlangsung selama enam minggu, di mana 33 dari 98 sandera yang tersisa, baik itu wanita, anak-anak, pria di atas 50 tahun, yang sakit dan terluka akan dibebaskan sebagai imbalannya hampir 2.000 tahanan dan tawanan Palestina.
Mereka termasuk 737 tahanan pria, wanita, dan remaja, beberapa di antaranya adalah anggota kelompok militan yang dihukum karena serangan yang menewaskan puluhan warga Israel, serta ratusan warga Palestina dari Gaza yang ditahan sejak dimulainya perang.
Tiga sandera wanita diperkirakan akan dibebaskan pada Minggu sore melalui Palang Merah, dengan imbalan masing-masing 30 tahanan.
Selama tahap pertama, tentara Israel akan mundur dari beberapa posisinya di Gaza dan warga Palestina yang mengungsi dari daerah di Gaza utara akan diizinkan kembali.
Dengan berbagai tuntutan terkait pembebasan sandera dan gencatan senjata, situasi yang terjadi di Jalur Gaza masih belum sepenuhnya pasti karena belum ada kesepakatan komprehensif mengenai masa depan daerah tersebut.
Proses rekonstruksi Gaza yang memerlukan dana miliaran dolar dan waktu bertahun-tahun juga harus dipertimbangkan dalam rangka mencapai perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut. (Ka)