Sudutkota.id- Pihak berwenang Malaysia menyelamatkan lebih dari 400 anak yang diduga mengalami pelecehan seksual di rumah amal yang dikelola oleh sebuah organisasi bisnis terkemuka yang memiliki hubungan dengan sebuah sekte agama terlarang pada hari Rabu (12/9).
Penggerebekan juga dilakukan terkoordinasi di 20 tempat yang dikelola oleh Global Ikhwan Services and Business (GISB) di dua negara bagian Malaysia, dan menangkap 171 orang dewasa, termasuk ustadz. Mereka yang diselamatkan termasuk 201 anak laki-laki dan 201 anak perempuan, berusia antara satu sampai tujuh belas tahun.
Menurut Inspektur Jenderal Polisi, Razarudin Husain mengungkapkan penggrebekan itu dilakukan setelah ada laporan yang diajukan pada bulan ini yang menuduh adanya penelantaran, penganiayaan, pelecehan seksual dan penganiayaan.
“Kami tidak bisa mengatakan siapa yang melaporkan itu. Namu, semua rumah amal tersebut dikelola oleh Global Ikhwan Services and Business (GISB),” kata Razarudin dalam konferensi pers.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan Rabu malam (11/9), GISB membantah tuduhan pelecehan seksual dan mengatakan tidak mengelola rumah amal tersebut.
“Bukan kebijakan kami untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan yang bertentangan dengan hukum Islam dan hukum nasional, kami akan mengajukan laporan polisi,” kata juru bicara GISB seperti dikutip dari Arab News.
Razarudin mengatakan penyelidikan awal polisi telah menemukan bahwa anak-anak di bawah umur yang diselamatkan adalah anak-anak karyawan GISB Malaysia, yang dikirim ke rumah-rumah amal tersebut tak lama setelah mereka lahir, sebelum menjadi sasaran berbagai bentuk pelecehan.
“Para korban diduga mengalami pelecehan seksual oleh wali dewasa dan kemudian diajarkan untuk melakukan hal yang sama kepada anak-anak lain di rumah-rumah tersebut,” katanya.
Menurutnya, Anak-anak tersebut akan dikirim untuk pemeriksaan kesehatan dan dokumentasi, dan kasus tersebut sedang diselidiki berdasarkan undang-undang yang mengatur pelanggaran seksual terhadap anak-anak dan perdagangan manusia.
“Anak-anak dan sentimen agama juga digunakan untuk mendapatkan simpati publik dan mengumpulkan dana bagi organisasi tersebut,” beber Razarudin
“Apa yang telah kita lihat adalah indoktrinasi anak-anak dengan menggunakan perangkat agama dengan cara yang berbahaya,” sambungnya.
Sebagai informasi, GISB adalah organisasi yang bergerak dalam berbagai bisnis mulai dari supermarket hingga binatu yang beroperasi di banyak negara, termasuk Indonesia, Singapura, Mesir, Arab Saudi, Prancis, Australia, dan Thailand, menurut situs webnya.
GISB telah dikaitkan dengan sekte keagamaan Al-Arqam yang berbasis di Malaysia yang sekarang sudah tidak ada lagi, yang dilarang oleh pemerintah pada tahun 1994. GISB telah mengakui hubungan tersebut tetapi sekarang menggambarkan dirinya sebagai konglomerat Islam yang didasarkan pada praktik-praktik Muslim. (Ka)