Daerah

Wali Kota Malang Tinjau Longsor Jembatan Brantas: Hujan Tinggi dan Getaran Kendaraan Jadi Pemicu Utama

56
×

Wali Kota Malang Tinjau Longsor Jembatan Brantas: Hujan Tinggi dan Getaran Kendaraan Jadi Pemicu Utama

Share this article
Wali Kota Malang Tinjau Longsor Jembatan Brantas: Hujan Tinggi dan Getaran Kendaraan Jadi Pemicu Utama
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat bersama jajaran saat meninjau lokasi longsoran plesengan di Jembatan Brantas, Kampung Tridi, Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing.(foto:sudutkota.id/mit)

Sudutkota.idWali Kota Malang, Wahyu Hidayat meninjau langsung lokasi longsoran tembok penahan (plesengan) Jembatan Brantas yang menimpa sejumlah rumah warga Kampung Tridi, Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing, Senin (24/11/2025).

Dalam kunjungannya, Wali Kota menjelaskan secara rinci faktor-faktor yang memicu kejadian tersebut serta langkah strategis yang akan ditempuh pemerintah Kota Malang bersama pemerintah pusat.

Menurut Wahyu, musibah ini merupakan akumulasi dari beberapa faktor yang selama bertahun-tahun tidak tertangani secara permanen.

Wali Kota menyebut intensitas hujan yang tinggi selama beberapa hari terakhir sangat berpengaruh terhadap daya tahan struktur plesengan. Apalagi kawasan tersebut berada tepat di bawah Jembatan Brantas, jalur yang menampung ribuan kendaraan setiap harinya.

“Setiap tahun pergerakan kendaraan sangat tinggi, intensitas hujan juga tinggi. Ini jelas mempengaruhi kekuatan struktur di bawah jembatan.”

“Di bawah sini bukan plengsengan permanen. Air tertahan dan meresap ke tanah yang lama-lama melemahkan dinding penahan,” ungkap Wahyu.

Ia menjelaskan, getaran halus dari kendaraan, baik yang berbobot ringan maupun berat akan mempengaruhi kekuatan struktur jika kondisinya sudah jenuh air atau tidak didukung konstruksi yang memadai.

“Gerakan kendaraan itu berpengaruh. Walaupun bobot tidak selalu berat, tapi getarannya tetap menggerus kekuatan jembatan dari waktu ke waktu,” tambahnya.

Wahyu menyoroti bahwa penguatan plesengan selama ini tidak dilakukan menggunakan teknik konstruksi standar, melainkan lebih banyak mengandalkan inisiatif warga dan penanganan bersifat darurat.

“Selama ini penanganannya lebih ke swadaya dan sifatnya sementara. Tidak mempertimbangkan kejadian-kejadian selanjutnya. Akhirnya tetap berdampak,” tegasnya.

Menurutnya, hal inilah yang membuat struktur di bawah jembatan tidak pernah benar-benar pulih dan rentan mengalami longsor saat terjadi hujan ekstrem.

Wali Kota memastikan bahwa pihaknya telah berkomunikasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) dan Kementerian PUPR untuk menyiapkan langkah penanganan berlapis, mulai dari darurat hingga jangka panjang.

“Kami sudah janjian dengan Kementerian PUPR. Kita akan jelaskan permasalahan ini secara menyeluruh. Balai juga sudah siap melakukan penanganan awal,” jelasnya.

Target penanganan darurat dari Balai diperkirakan memakan waktu antara 7 hingga 14 hari.

“Paling cepat satu minggu, paling lama dua minggu. Yang penting aliran air tidak terus mengarah ke bawah dan tidak terjadi longsor susulan,” katanya.

Setelah itu, pemerintah akan melakukan kajian menyeluruh terkait kondisi struktur dan penataan ulang kawasan.

Wahyu menyampaikan bahwa area tempat longsor terjadi merupakan lahan milik PT KAI. Hal ini membuat penanganan jangka panjang harus melibatkan koordinasi lintas instansi.

“Status tanah di bawah ini milik KAI. Kami bersama-sama ingin menyelesaikan persoalan ini secara komprehensif. Harus ada komunikasi yang kuat antara Pemkot, Kementerian PU, KAI, dan balai,” tegasnya.

Ia menegaskan bahwa jika tidak ditangani secara menyeluruh, kejadian serupa akan terus berulang, terutama saat intensitas hujan tinggi.

Dalam pendataan terbaru, jumlah rumah yang terdampak naik dari 10 menjadi 22 unit. Meski tidak ada korban jiwa, kerusakan material cukup signifikan karena sebagian rumah tepat berada di bawah jalur longsor.

Wali Kota memastikan bantuan darurat dari berbagai pihak telah disalurkan, termasuk dari: BNPB,Basnas, PRPKP Kota Malang, Relawan kebencanaan dan Warga sekitar melalui kerja bakti

“Saya minta Pak Camat dan Pak Lurah terus koordinasi. Kerja bakti harus diarahkan untuk mencapai penyelesaian sementara yang aman,” ujar Wahyu.

Wahyu menegaskan bahwa pihaknya sudah menyalurkan bantuan bagi warga terdampak. Namun, menurutnya, langkah paling penting adalah menyelesaikan akar permasalahan melalui perbaikan struktur permanen.

“Bantuan sudah kita berikan. Tapi yang utama adalah penanganan permanen. Jangan sampai kontrakan air dari atas dan longsoran ini terjadi lagi,” tegasnya.

Ia berharap koordinasi dengan Balai dan kementerian dapat berjalan lancar agar pembangunan penguatan struktur bisa segera dimulai.

“Saya berterima kasih kepada Balai yang siap menyelesaikan tahap awal dalam dua minggu. Intinya, ini harus ditangani total agar tidak terulang,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *