Sudutkota.id – Pemerintah Kota Batu serius membenahi Pasar Induk Among Tani yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan aktivitas jual-beli. Wali Kota Batu, Nurochman, dan Wakil Wali Kota, Heli Suyanto, mengundang perwakilan pedagang untuk berdialog langsung di rumah dinas wali kota, Selasa (12/8/2025) malam.
Dalam pertemuan itu, Pemkot Batu menegaskan komitmennya menata kembali pengelolaan pasar agar kembali ramai dan menjadi pusat perputaran ekonomi warga.
“Pasar yang dibangun semegah ini harus bisa dikelola dengan baik dan mengembalikan minat pembeli. Kami akan segera membentuk tim untuk melakukan kajian komprehensif supaya persoalan terpetakan jelas dan solusinya tepat,” ujar Nurochman.
Tim kajian yang dibentuk akan mengevaluasi mulai dari zonasi pedagang, penataan lokasi jualan, pemenuhan fasilitas umum, hingga kebijakan pengelolaan. Pemkot juga akan menggandeng konsultan pendamping untuk memastikan kajian bersifat profesional dan tuntas pada akhir 2025. Pelaksanaan perbaikan ditargetkan mulai 2026.
Salah satu masalah yang menjadi sorotan adalah banyak kios kosong atau tidak aktif meski sudah dibagikan kepada penerimanya. Sepinya pasar membuat pedagang enggan berjualan. Nurochman membuka kemungkinan pemberian keringanan retribusi, baik berupa diskon maupun pengurangan tarif, bagi pedagang yang benar-benar kesulitan.
“Yang penting datanya jelas: kios yang terisi, kosong, dan terisi tapi tidak aktif. Kalau pedagang memang tidak mampu, kita bisa ambil kebijakan yang meringankan,” tegasnya.
Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto, menambahkan perlunya data akurat untuk mendasari kebijakan. Ia meminta dinas terkait memperbarui data jumlah kios terpakai, belum terpakai, dan tidak aktif.
“Perlu dicek langsung ke lokasi supaya tidak ada kekeliruan. Dari situ kita akan cari formula terbaik agar pasar kembali ramai,” ujarnya.
Heli menegaskan, Pasar Induk Among Tani dibangun untuk menjadi sentra perdagangan terbesar di Kota Batu. Namun, penurunan kunjungan dan transaksi harus segera diatasi agar manfaatnya dirasakan masyarakat dan sejalan dengan visi Mbatu Sae.
Pemkot berharap dialog terbuka ini menjadi awal sinergi antara pemerintah, pengelola, dan pedagang. Aspirasi yang terkumpul akan menjadi bahan kebijakan yang mulai dijalankan pada 2026.
“Pasar ini harus kembali menjadi pusat perdagangan yang hidup. Kuncinya kerja sama semua pihak,” pungkas Nurochman. (rsw)




















