Sudutkota.id – Permintaan tanaman hias di Kota Batu terus menurun. Namun, para pelaku usaha tidak menurunkan harga. Hal itu disebabkan karena ongkos perawatan yang terus naik.
Dikatakan Sutrisno, Bendahara Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mulyo Joyo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu, bahwa banyak pelaku usaha tanaman hias yang mengeluh dengan keadaan tersebut, karena keuntungan yang didapatkan banyak berkurang.
“Bahkan ada yang sampai tekor (rugi) sehingga cara untuk mengatasinya yakni dengan menjual secara partai. Apalagi kalau harganya diturunkan maka akan susah naiknya,” ungkapnya, Sabtu (20/4/2024)
Ia mencontohkan seperti petani mawar rata-rata menjual per polibag di angka Rp 2.500. Padahal untuk perawatan biasanya mencapai angka Rp 1.500 hingga Rp 2.000 saja sehingga keuntungan yang didapatkan hanya Rp 500 rupiah.
Terlebih harga Sekam padi untuk media tanam juga semakin mahal karena sulitnya mencari bahan tersebut. Sehingga harga sekam yang sebelumnya Rp 13 ribu per karung naik menjadi Rp 24 ribu per karung
“Harapan kami pemerintah bisa berkolaborasi menjalani hubungan dengan pemerintah daerah lainnya untuk mencarikan stok sekam dengan harga yang standar, karena di tengkulak harganya tinggi sekali, sehingga ongkos produksi petani membengkak,” imbuhnya.
Kawasan Sidomulyo sendiri sudah terkenal sebagai sentra tanaman hias di Kota Batu dan wisatawan yang datang rata-rata menghabiskan uang sekitar Rp 200 hingga Rp 300 ribu.
Ia juga mengungkapkan, hampir sekitar 80 – 90 persen warga Sidomulyo bergelut dengan tanaman hias sebagai mata pencaharian utama.
“Mereka mengandalkan kawasan Pasar Bunga Sekar Mulyo, Mall Bunga, kios-kios serta halaman depan rumah,” tutupnya. (dn)