Daerah

Kelurahan Bunulrejo bikin Juri Provinsi Terperangah, Kompak Tanpa Rekayasa

261
×

Kelurahan Bunulrejo bikin Juri Provinsi Terperangah, Kompak Tanpa Rekayasa

Share this article
Kelurahan Bunulrejo bikin Juri Provinsi Terperangah, Kompak Tanpa Rekayasa
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat ikut hadir langsung mendampingi tim juri provinsi di Kelurahan Bunulrejo.(foto:sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id – Tak ada yang menyangka bahwa di balik hiruk-pikuk Kota Malang, satu kelurahan kecil bernama Bunulrejo sanggup mencuri hati tim juri lomba evaluasi kelurahan tingkat Provinsi Jawa Timur 2025.

Bukan karena seremonial mewah, bukan pula karena gimik digital, melainkan karena aksi nyata anggota Satlinmas rela menjadi tukang ojek dadakan, mengantar para juri ke delapan titik penilaian. Dengan seragam lengkap dan semangat total, mereka menyambut dengan cara yang benar-benar tak biasa.

“Yang seperti ini tidak saya temui di tempat lain. Satlinmas kompak, berseragam, siap, dan langsung bergerak. Ini bukan hal yang mendadak, pasti sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Kekompakan seperti ini harus dipertahankan,” ujar Wahyudi, Ketua Tim Juri Provinsi, yang tampak terkesan sejak menit pertama menjejakkan kaki di Bunulrejo.

Kelurahan Bunulrejo sendiri menjadi satu dari tiga finalis terbaik dari 83 desa dan 3 kelurahan yang dinilai tahun ini. Urutan pertama dipegang Surabaya, disusul Bunulrejo, dan terakhir Madiun yang akan dikunjungi pekan depan. Tapi soal kesan mendalam, Bunulrejo jelas menorehkan sesuatu yang berbeda.

Wahyudi mengaku timnya bukan sekadar melakukan penilaian formal, tetapi ingin merasakan denyut kehidupan masyarakat setempat. Dan di Bunulrejo, mereka benar-benar disambut seperti keluarga.

Baca Juga :  UIBU dan PWI Malang Raya Kirim Doa untuk Almarhum Wartawan

“Begitu datang, warga sudah menyambut di depan. Kami diajak keliling masuk-masuk gang. Ada pojok baca di mana-mana, ada rumah batik, ada urban farming, ada rumah Dilan, bukan tokoh fiksi, tapi Rumah Pendidikan dan Keterampilan di RW 10. Lengkap, semuanya digerakkan masyarakat,” tuturnya.

Bunulrejo tak hanya menyajikan dokumen dan presentasi. Mereka menunjukkannya langsung di lapangan. Dalam bidang pendidikan, angka buta aksara nyaris nihil, data pendidikan warga lengkap, PAUD dan kejar paket berjalan aktif.

Di bidang kesehatan, angka stunting menurun hampir separuh dari tahun sebelumnya, dan selama dua tahun terakhir tidak ada kasus kematian bayi.

Di sisi lingkungan, bank sampah dan kebun urban menjamur. Ekonomi warga tumbuh dari produksi lokal seperti batik dan kerajinan. Bahkan data UMKM, jumlah ATM, hingga layanan sosial tersedia dengan rapi dan akurat.

“Tulisan Luar Biasa di laporan itu bukan kami yang nulis. Tapi kami mengakuinya. Karena itu nyata di lapangan,” ujar Wahyudi sembari tertawa.

Namun, tak semua catatan bernada pujian. Wahyudi tetap menyampaikan bahwa tingkat kriminalitas dan kenakalan remaja di Bunulrejo tergolong tinggi.

“Ini harus jadi perhatian bersama, tidak cukup hanya oleh kelurahan, tapi seluruh unsur masyarakat. Kami mendorong peningkatan sarana di Omah Rembug agar bisa jadi ruang dialog yang lebih layak,” katanya.

Baca Juga :  Empat WNA Diduga Lakukan Pencurian di Toko Kota Malang, Rekaman CCTV Diunggah Pemilik

Bidang kebencanaan juga jadi sorotan. Meski SK Kelurahan Tangguh Bencana sudah terbit, peta rawan bencana masih perlu penyempurnaan. “Kalau nanti masuk tahap nasional, ini jadi PR penting,” imbuhnya.

Di bagian lain, Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, hadir langsung mendampingi tim juri dan menyampaikan apresiasinya kepada seluruh warga Bunulrejo. Menurutnya, semangat yang ditunjukkan warga bukan sekadar untuk lomba, tapi bentuk nyata pemberdayaan.

“Kalau ini cuma lomba, selesai di acara. Tapi saya lihat sendiri, masyarakat merasa memiliki program ini. Mereka sadar betul pentingnya partisipasi. Ini bukan proyek pemerintah, tapi gerakan masyarakat,” ujar Wahyu.

Ia menyinggung pengalaman tahun lalu saat Kelurahan di Blimbing meraih juara dua provinsi. Kini, katanya, semangat itu tumbuh lebih kuat dan lebih matang. “Kalau nanti Bunulrejo masuk nasional, itu bukan kemenangan kelurahan. Tapi kemenangan masyarakat,” katanya.

Bagi tim juri, Bunulrejo meninggalkan kesan yang sulit dihapus. “Kalau cuma bikin banner dan spanduk, semua bisa. Tapi suasana kampung ini, semangatnya, warganya yang tahu program dan menyambut kami dari hati, itu tidak bisa direkayasa. Itu yang membedakan Bunulrejo,” pungkas Wahyudi.(mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *