Sudutkota.id – Kota Malang kembali menunjukkan tajinya sebagai barometer ekonomi kerakyatan di Jawa Timur. Perhelatan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim IX 2025, bukan hanya menjadi ajang kompetisi olahraga, tetapi juga pesta rakyat yang menghidupkan sektor informal dan pelaku UMKM.
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Eko Sri Yuliadi, mengungkapkan bahwa geliat ekonomi ini berjalan sesuai skenario pemerintah daerah. Khususnya dalam mendukung pedagang kecil dan pelaku usaha kuliner lokal.
“Ya, sudah berjalan sesuai rencana. Banyak yang aktif, mereka rata-rata bisa mendapatkan harian satu Juta Rupiah. Ini membuktikan bahwa perputaran ekonomi di sektor informal kita cukup sehat,” ujar Eko saat melakukan pemantauan lapangan, Jumat (27/6/2025).
Menurutnya, keberhasilan ini tak lepas dari desain kegiatan yang bersinergi dengan komunitas, pertunjukan musik, dan pusat kuliner. Salah satu momen paling semarak terjadi saat lagu “Parahu Kelabu” dibawakan di tengah kerumunan pengunjung, menghidupkan suasana dan mendorong transaksi di stand-stand UMKM.
“Banyak yang merasa diuntungkan. Orang datang tak hanya untuk melihat hiburan, tapi juga belanja. Kuliner menjadi sektor yang paling ramai,” jelas Eko.
Dinas Pasar mencatat, lonjakan kunjungan di sejumlah titik kuliner meningkat hingga dua kali lipat dibanding hari biasa. Para pedagang menyebut ini sebagai momen langka yang layak dikembangkan secara konsisten.
Eko, menyebut bahwa sekitar 5.000 PKL ikut ambil bagian dalam Porprov kali ini yang tersebar di 44 titik. Menurutnya, angka tersebut menjadi bukti konkret bahwa sektor perdagangan rakyat masih menjadi tulang punggung perekonomian lokal.
“Ini bukan sekadar ajang olahraga, tapi juga ruang akselerasi ekonomi kerakyatan. Kami mendorong pelaku UMKM termasuk para buruh rokok agar mandiri secara ekonomi,” ujar Eko.
Di bawah kepemimpinannya, Diskopindag terus mengembangkan berbagai program strategis, mulai dari revitalisasi pasar tradisional, pembangunan Pasar Besar Malang dengan dukungan APBN dan APBD, hingga menjalin kemitraan dengan kementerian dan pelaku usaha.
“Kolaborasi adalah kunci. Komunitas di Kota Malang sangat aktif, dan ini menjadi kekuatan dalam membangun ekonomi kreatif berbasis rakyat,” imbuhnya.
Kota Malang kini tak hanya dikenal sebagai kota pendidikan dan pariwisata, tetapi juga sebagai laboratorium pertumbuhan ekonomi rakyat yang berbasis komunitas dan gotong royong.
Pemerintah daerah menargetkan model seperti ini akan menjadi inspirasi daerah lain dalam mengembangkan ekonomi inklusif di tengah tantangan zaman.(mit)