Sudutkota.id – Kota Malang menyimpan banyak cerita dari sudut-sudut jalannya. Tapi tak banyak tempat yang mampu bertahan dalam ingatan warganya seperti Pasar Splendid, sebuah kawasan yang telah menjelma dari surga kuliner malam menjadi pusat jual beli burung dan tanaman hias. Ia bukan sekadar pasar, melainkan lanskap hidup dari perubahan zaman.
Pada era 1980-an, warga Kota Malang mengenal kawasan ini sebagai Pasar Senggol Splendid. Nama itu bukan sekadar julukan, tapi gambaran nyata: pedagang kaki lima tumpah ruah di sepanjang trotoar, pembeli rela bersenggolan demi semangkuk soto panas atau tahu petis hangat.
“Kalau sore sampai malam, jalanan penuh. Mau beli soto saja harus sabar antre, senggol-senggolan itu biasa,” kenang Pak Haris (65), warga Oro-Oro Dowo, yang menyebut kawasan itu sebagai tempat wajib mampir sepulang kerja.
Terang bulan, martabak, wedang ronde, dan aneka jajanan rakyat menjadikan malam-malam di Splendid begitu akrab dan meriah. Hanya buka dari sore hingga malam, pasar ini menjadi semacam ritus bagi warga kota yang mencari penghiburan sederhana setelah lelah seharian.
Namun pada awal 1990-an, arah angin berubah. Pemerintah Kota Malang merombak tata ruang dan memindahkan Pasar Burung dari Comboran ke Jalan Majapahit, lokasi yang sama dengan Pasar Senggol. Aroma petis tergantikan bau pakan hewan, dan riuh pembeli kuliner berubah jadi kicau kenari serta ocehan beo.
Meski wajahnya berubah, denyut kehidupan Splendid tak pernah mati. Kini, kawasan ini dikenal sebagai Pasar Burung Splendid, pusat jual beli hewan peliharaan, tanaman hias, dan perlengkapan berkebun.
Gerobak bunga berdampingan dengan kios burung kicau. Ikan cupang hingga bonsai, semua tersedia di tempat yang hanya sepelemparan batu dari Balai Kota Malang.
“Pasar ini seperti punya nyawa. Mau jualan makanan atau burung, tetap saja ramai. Warga Malang sudah terbiasa datang ke sini sejak dulu,” kata Ibu Nuraini (58), pedagang bunga yang telah membuka lapak sejak 1987.
Namun sejatinya, jejak Pasar Splendid sudah mulai tertulis sejak dekade 1960-an. Kala itu, para penggemar burung mulai berkumpul di sekitar Hotel Splendid Inn, penginapan bergaya kolonial yang berdiri sejak 1923.
Awalnya hanya tempat ngumpul dan lomba kecil-kecilan, lama-lama muncul lapak dan transaksi. Komunitas itu tumbuh menjadi pasar permanen.
Pada dekade 1970-1980-an, pasar burung sempat dipindah ke Comboran dan Sawahan, sebelum akhirnya dikembalikan ke Jalan Majapahit pada 1993.
Sebuah siklus yang menyempurnakan jejak sejarah Splendid, dari ruang hijau tempat burung beterbangan, ke surga kuliner malam, lalu kembali jadi sarang burung yang sebenarnya.
Menurut pemerhati sejarah kota, Drs. M. Ridwan, kekuatan Splendid terletak pada daya lentingnya terhadap perubahan zaman.
“Jarang ada ruang kota yang bisa bertahan dalam berbagai bentuk tanpa kehilangan fungsinya sebagai ruang publik. Splendid itu contoh hidupnya,” ujarnya.
Kini, Pasar Senggol memang tinggal cerita. Tapi di antara kios burung, akuarium ikan, dan semerbak bunga anggrek, hidup kenangan akan malam-malam hangat yang tak terlupakan. Pasar ini telah berganti wajah, namun tak pernah hilang dari hati warga Kota Malang.(mit)