Internasional

25.000 Anak di Gaza Yatim Piatu, 1 dari 6 Anak Kekurangan Gizi Akut Akibat Perang

115
×

25.000 Anak di Gaza Yatim Piatu, 1 dari 6 Anak Kekurangan Gizi Akut Akibat Perang

Share this article
Tangkapan layar video Yazan al-Kafarneh pada tanggal 2 Maret, 2 hari sebelum meninggal. (Sumber: Arabnews)

Sudutkota.id – Perang antara Israel dan Hamas di Gaza sejak 7 Oktober membuat anak-anak Palestina menanggung dampak paling besar. Salim Oweis, juru bicara regional Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), mengatakan kepada Al Jazeera, Selasa (5/3), bahwa perang Israel di Gaza menimbulkan korban terbesar pada anak-anak yang tinggal di sana.

“Kita memerlukan tindakan internasional yang mendesak, dan apa yang terjadi di Gaza adalah ujian hati nurani manusia,” katanya.

“Kurangnya bantuan yang sampai ke wilayah utara memperburuk situasi kesehatan anak-anak,” tambahnya.

Dilansir dari Arabnews, juru bicara UNICEF James Elder mengatakan, tingginya tingkat kekurangan gizi pada anak-anak balita di Gaza utara dipicu terbatasnya akses bantuan sejak dimulainya perang antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober.

“Hal ini menjadi spiral yang sangat kita takuti: penyakit menular, kekurangan makanan, kekurangan air bersih dan pemboman yang terus berlanjut dan masih ada diskusi mengenai serangan terhadap Rafah, yang merupakan kota anak-anak,” kata Elder kepada wartawan di Jenewa, mengacu pada tujuan Israel untuk membasmi batalion Hamas yang dikatakannya bersembunyi di Rafah.

“Rafah memiliki sekitar tiga perempat juta anak yang tinggal di sana,” kata Elder.

Israel bulan lalu meningkatkan serangan di Rafah, yang diperkirakan menampung sekitar 1,5 juta orang yang sebagian besar dari mereka meninggalkan rumah mereka di wilayah utara untuk menghindari serangan militer Israel.

Seorang dokter Kanada telah memperingatkan bahwa setiap orang di Gaza sedang terkena krisis ketidakamanan pangan, air dan perumahan yang tumpang tindih.

Dr Yipeng Ge, yang menghabiskan seminggu merawat pasien di Gaza pada bulan Februari, mengatakan bahwa kekurangan air dan makanan serta kondisi tidak sehat di wilayah kantong yang terkepung telah mengakibatkan wabah infeksi saluran pernafasan, penyakit pencernaan dan wabah besar Hepatitis A.

“Salah satu anak yang saya lihat adalah anak paling sakit yang pernah saya lihat sepanjang karier medis saya,” katanya kepada Al Jazeera.

“Dia digendong oleh ibunya dan tidak bisa berjalan lagi karena dia kekurangan gizi. Dan saya bisa melingkarkan jari telunjuk dan ibu jari saya seluruhnya pada lengan atas dan kaki bawah anak ini. Dan dia berusia sembilan-10 tahun,” paparnya.

Baca Juga :  Jelang Peringatan Yubelium, Air Mancur Trevi di Roma Selesai Dipugar

Ge mengatakan dia khawatir anak itu mungkin sudah meninggal. Dia menambahkan bahwa kekurangan air dan makanan, serta terlalu padatnya orang-orang di tenda-tenda dalam kondisi yang tidak sehat, telah mengakibatkan wabah infeksi pernafasan, penyakit pencernaan dan wabah besar Hepatitis A.

“Untuk menyembuhkan hal-hal seperti itu, kita membutuhkan makanan bergizi, kita membutuhkan air bersih. Dan tanpa hal ini, kita akan melihat hal yang terburuk dari yang terburuk, tidak hanya penyakit menular dan infeksi yang sepenuhnya dapat dicegah dan juga dapat diobati. Tapi kami bahkan tidak bisa mengobatinya karena kekurangan nutrisi dan antibiotik,” ujarnya.

Sementara itu, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memperingatkan malnutrisi di Gaza utara masuk kategori sangat ekstrim. “Situasinya sangat ekstrem di Gaza utara,” kata Richard Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Gaza dan Tepi Barat.

Dia mengatakan satu dari enam anak di bawah usia dua tahun mengalami kekurangan gizi akut di Gaza utara. “Ini terjadi pada bulan Januari. Jadi situasinya mungkin akan lebih buruk saat ini,” tambah Peeperkorn.

OCHA (Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB) mengatakan, kematian anak-anak di Gaza karena kelaparan harus menjadi “peringatan yang tiada duanya” dan menyerukan masyarakat internasional untuk “membanjiri” jalur tersebut dengan bantuan.

“Ketika anak-anak mulai meninggal karena kelaparan, hal ini seharusnya menjadi peringatan yang tiada duanya. Jika tidak sekarang, kapan waktu untuk berhenti, memecahkan kaca, membanjiri #Gaza dengan bantuan yang dibutuhkan?” tulis @UNGeneva di platform X.

OCHA sebelumnya mengatakan bahwa kelaparan “hampir tidak bisa dihindari” di wilayah tersebut. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa 15 anak meninggal karena kelaparan di Rumah Sakit Kamal Adwan, satu-satunya rumah sakit anak di Gaza utara, dan satu anak lagi, Yazan al-Kafarneh meninggal karena kekurangan gizi di Rumah Sakit Abu Youssef al-Najjar di Rafah pada Senin (4/3).

Anak Palestina yang berusia 10 tahun itu meninggal karena kekurangan gizi parah dan layanan kesehatan yang tidak memadai. Kondisi kesehatannya dengan cepat memburuk setelah Israel melakukan pengepungan total di Jalur Gaza.

Baca Juga :  Warga Palestina Sambut Ramadan dengan Kekurangan Pangan dan Kesedihan

Dalam video, ayah Yazan menunjukkan foto yang diambil sebelum perang. Yazan terlihat sehat dalam foto tersebut. “Sebelum perang, dia dalam keadaan sehat, dia memiliki akses terhadap semua makanan dan perawatan medis yang dia butuhkan. Ketika perang dimulai, semuanya terputus, hal ini terjadi pada dia karena kekurangan gizi dan dia tidak memiliki makanan penting,” katanya kemudian menunjukkan foto dirinya yang juga tampak sehat sebelum perang.

“Dia hidup dari sisa-sisa roti yang kami temukan dengan susah payah dan harganya sangat mahal. Jika kami tidak dapat menemukan makanan, kami akan memberinya gula supaya dia bisa tetap hidup. Alasan utama dia sampai pada titik di mana dia hanya terlihat seperti tulang, adalah karena kurangnya nutrisi,” ujar salah satu anggota keluarga, Mohammed al-Kafarneh.

Menurut data UNRWA (Agensi Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat), 17.000 anak yatim piatu di Gaza. Satu dari enam anak di bawah dua tahun mengalami “kekurangan gizi akut” di Gaza utara.

“Sekitar 17.000 anak di #Gaza menjadi yatim piatu. 1 dari 6 anak di bawah usia 2 tahun mengalami kekurangan gizi akut di wilayah utara. Bayi-bayi perlahan-lahan binasa di bawah pengawasan dunia. Anak-anak yang sekarat karena bom, bahkan lebih banyak lagi yang kini meninggal akibat pengepungan. Kematian yang mengerikan ini sepenuhnya dapat dicegah,”tulis @UNRWA di platform X.

Sehari sebelumnya, Ketua UNRWA Philippe Lazzarini memberikan pengarahan kepada Majelis Umum PBB dan memberikan gambaran suram tentang kondisi di wilayah kantong Palestina yang terkepung, serta tekanan terhadap lembaganya.

Lazzarini mengatakan, UNRWA, yang diterima secara luas sebagai satu-satunya kelompok yang mampu mengatur pengiriman bantuan dalam skala yang diperlukan untuk mencegah kematian massal di Gaza, sedang menghadapi “kampanye yang disengaja dan terpadu untuk melemahkan operasinya dan pada akhirnya mengakhirinya”. (wn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *