Sudutkota.id – Bukit Klemuk di Kecamatan Batu kembali jadi magnet bagi pecinta kecepatan ekstrem. 136 pembalap downhill dari berbagai daerah hingga mancanegara menantang gravitasi di lintasan Klemuk Bike Park, arena legendaris downhill yang dikenal dengan kemiringan curam, negative corner, dan obstacle teknikal yang menuntut nyali.
Gelaran 76 Indonesian Downhill (IDH) 2025 seri pamungkas ini resmi digelar pada 25–26 Oktober 2025, menjadi babak penentu siapa yang layak menyandang gelar juara umum musim ini. Balapan di jalur sepanjang 1,5 kilometer ini bukan sekadar adu cepat, tapi adu kendali di medan yang keras, licin, dan berubah seiring cuaca di Batu yang tak menentu.
“Kami ubah layout trek Klemuk agar lebih teknikal, dengan kombinasi steep section, rock garden, dan negative corner. Tujuannya agar para atlet terbiasa menghadapi level kompetisi internasional. Tapi tentu, keselamatan tetap jadi prioritas,” kata Event Director 76 Indonesian Downhill, Aditya Nugraha, Sabtu (25/10/2025).
Hujan yang sempat mengguyur sejak Jumat (24/10/2025) membuat lintasan jadi licin dan menantang. Namun justru di situ letak serunya, para rider menuruni jalur ekstrem dengan kecepatan tinggi, memaksa ban sepeda mencengkeram tanah basah di antara rintangan bebatuan dan turunan tajam.
“Atmosfer di Klemuk tahun ini terasa lebih panas dibanding edisi sebelumnya. Aksi spektakuler banyak terjadi di obstacle curam. Rider-rider top benar-benar tampil all out. Besok di final run, pasti lebih gila lagi,” katanya.
Dengan lintasan yang terus berubah akibat hujan dan tekanan poin klasemen yang menipis, final run Minggu (26/10/2025) dijamin berlangsung ketat. Para rider ditantang menaklukkan turunan ekstrem Klemuk dengan kecepatan tinggi, melewati negative corner dan rock garden tanpa kehilangan kontrol.
“Di trek seperti ini, bukan hanya siapa yang tercepat yang menang tetapi siapa yang paling berani bertahan di jalur terekstrim Kota Batu,” tambahnya.
Dalam sedding run, kejutan besar datang dari Pandu Satrio Perkasa, pembalap muda asal Kota Batu, yang mencatat waktu tercepat 2 menit 02,666 detik di kelas Men Elite pada sesi qualification. Meski berstatus pendatang baru di kelas Men Elite naik dari Junior, Pandu tampil percaya diri dengan setelan sepeda single crown yang membuat handling lebih lincah di jalur menurun.
“Saya lebih suka sepeda yang ‘liar’ dan responsif. Trek Klemuk kali ini licin dan curam, jadi saya harus kontrol kecepatan di beberapa sektor. Tapi sejauh ini hasilnya memuaskan,” ujar rider tim Sego Anget Racing Team (SART) Banyuwangi tersebut.
Pandu yang kini menempati posisi delapan klasemen sementara tak terlalu memikirkan gelar juara umum. Namun di depan publik Kota Batu, ia bertekad menutup musim dengan podium.
“Sebagai tuan rumah, saya ingin buktikan anak Batu juga bisa bersaing dengan rider nasional dan internasional,” tegas pembalap didikan akademi Afos Katana Family (AKF) Kota Batu tersebut.
Di sisi lain, persaingan di kelas Women Elite juga berlangsung panas. Riska Amelia Agustina dari Marin Astrindo Racing Team tampil dominan dengan catatan waktu 2 menit 26,695 detik, unggul tipis dari Nilna Murni Ningtias dan Ayu Tria Andriana.
“Trek ini pendek tapi padat obstacle. Ada beberapa bagian miring dan licin yang butuh strategi. Kalau bisa lewati bagian negative corner dengan bersih, bagian berikutnya akan lebih lancar,” ujar Riska yang kini berada di peringkat 22 dunia.
Meski memimpin klasemen dan berpeluang besar jadi juara umum, Riska memilih tetap tenang menghadapi final run.
“Saya tidak mau terbebani target. Fokus di jalur, nikmati prosesnya, nanti hasilnya akan datang sendiri,” katanya.
Ia juga mengapresiasi kehadiran 12 rider mancanegara dari Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura yang ikut menambah ketatnya kompetisi.
“Bagi saya ini ajang pemanasan menjelang SEA Games Thailand. Level persaingan di sini sudah mendekati standar internasional,” tuturnya.



















