Sudutkota.id – Menjelang gelaran Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur IX, Ketua KONI Kota Malang, R. Djoni Sudjatmoko, menyampaikan kesiapan Kota Malang sebagai tuan rumah.
Dalam keterangannya, Joni menggarisbawahi bahwa meskipun dari segi sumber daya manusia (SDM) Kota Malang tidak tertinggal, persoalan sarana dan prasarana (sarpras) masih menjadi tantangan besar yang harus dihadapi.
“Kalau soal tempat latihan, kita ini masih jauh dari Surabaya. Di sana, olahraga sudah jadi industri. Klub-klub punya tempat latihan sendiri yang lengkap dan modern. Kita? Masih satu pedal saja, itu pun belum pagu,” ujar Joni dengan nada realistis.
Ia juga menekankan bahwa pembinaan di Surabaya sudah berjalan secara sistematis dan didukung fasilitas memadai, sementara di Malang, semangat berlatih masih harus bertarung dengan keterbatasan. Meski demikian, ia yakin SDM atlet-atlet Kota Malang tidak kalah kualitasnya.
“Insya Allah kalau SDM, kita tidak kalah. Tapi dari sisi sarpras dan anggaran, jujur saja, kita harus kerja keras untuk mengejar. Tapi sebagai tuan rumah, itu jadi suntikan semangat tersendiri,” lanjutnya.
Dalam sesi try out beberapa waktu lalu, sejumlah cabang olahraga menunjukkan performa mengesankan. “Atletik kita juara umum, catur juara umum, taekwondo juara umum, biliar juga sudah pasti juara umum. Renang bersaing ketat dengan Surabaya. Wushu pun kita unggul,” papar Joni.
Terkait pembiayaan, Joni menyebut bahwa anggaran pembinaan rutin KONI setiap tahunnya berkisar Rp10 miliar. Namun untuk Porprov kali ini, anggaran besar dikoordinasikan langsung oleh Disporapar Kota Malang untuk keperluan pelatihan, persiapan hingga penyelenggaraan pertandingan.
Lebih jauh, ia juga menyinggung soal beberapa atlet yang mengalami cedera atau sudah melewati batas usia. “Itu sudah kami prediksi sejak awal. Penggantinya sudah kami siapkan. Kita optimalkan regenerasi. Dan karena kita tuan rumah, semangat para atlet dan pelatih sangat tinggi. Ini jadi modal besar,” katanya.
Joni turut mengapresiasi peran kampus-kampus di Kota Malang dalam mendukung pembinaan atlet. Menurutnya, banyak mahasiswa dari luar daerah yang berpotensi besar namun belum tersentuh pembinaan lokal.
“Mereka kuliah di sini 4–5 tahun. Kalau mereka atlet dan kita tidak beri ruang, ya bakatnya bisa hilang. Balik ke daerah asalnya juga belum tentu ada kesempatan. Jadi KONI Kota Malang harus ambil peran,” tegasnya.
Di akhir wawancara, Joni menekankan bahwa Porprov bukanlah tujuan akhir, melainkan bagian dari peta jalan pembinaan menuju prestasi nasional.
“Porprov ini hanya ajang antara. Tujuan besar kita adalah membawa Kota Malang menjadi lumbung atlet nasional. Kita ingin sebanyak mungkin atlet dari Malang bisa bersaing, bahkan menembus level internasional,” tutupnya.(mit)