Featured

Wisma Tumapel: Megah di Siang Hari, Mencekam di Malam Hari

790
×

Wisma Tumapel: Megah di Siang Hari, Mencekam di Malam Hari

Share this article
Wisma Tumapel: Megah di Siang Hari, Mencekam di Malam Hari
Wisma Tumapel, atau sekarang bernama Graha Tumapel dahulu dikenal sebagai Splendid Inn, kini tak hanya jadi bangunan cagar budaya, namun juga jadi sumber cerita horor yang hidup di tengah kota.(foto:sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id – Di balik tampilan elegan dan arsitektur klasik bangunan putih di Jalan Tumapel Nomor 1, tersimpan sejarah panjang yang tak hanya megah, tetapi juga menyimpan aura mistis yang bikin merinding.

Wisma Tumapel, atau sekarang bernama Graha Tumapel dahulu dikenal sebagai Splendid Inn, kini tak hanya jadi bangunan cagar budaya, namun juga jadi sumber cerita horor yang hidup di tengah kota.

Dibangun pada tahun 1922 oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai bagian dari proyek Bouwplan II, hotel ini dahulu menjadi tempat menginap para petinggi negeri penjajah.

Dengan posisi strategis yang menghadap lembah Sungai Brantas dan berjarak hanya beberapa langkah dari Balai Kota dan Stasiun Malang, Splendid Inn menjadi simbol kejayaan kolonialisme.

Namun, kejayaan itu berubah mencekam saat Jepang menduduki Indonesia. Bangunan mewah ini diubah menjadi markas Kempetai, polisi militer Jepang yang terkenal kejam. Konon, di sinilah para tawanan ditahan, diinterogasi, bahkan tak sedikit yang tak pernah keluar hidup-hidup.

“Lorong ke arah basement dulu dipercaya terhubung ke SMA Tugu. Tapi sekarang sudah disemen total,” kata sejarawan Rakai Hino Galeswang.

Baca Juga :  Dari karyawan Fotokopi ke Ahli Permata: Perjalanan Inspiratif Anton Y Gemstone

Lorong tersebut diyakini menyimpan ruang penyiksaan bawah tanah. Kini, tidak ada lagi yang bisa memverifikasinya. Tapi cerita-cerita tentang jeritan tanpa asal, suara langkah kaki di malam hari, dan penampakan bayangan misterius terus hidup di kalangan warga.

Rakai menyebut bahwa bangunan ini dirancang oleh arsitek legendaris Thomas Karsten sebagai bagian dari rencana tata kota kolonial. Wisma Tumapel berdampingan dengan bangunan-bangunan penting seperti Balai Kota, Bundaran Tugu, dan gedung SMA Tugu yang dulu juga menjadi kamp tawanan.

“Ketika Jepang datang, mereka langsung jadikan Splendid Inn sebagai markas utama Kempetai. Letaknya strategis dan infrastrukturnya sudah siap,” jelas Rakai.

Kini, bangunan ini menjadi aset Universitas Negeri Malang (UM) dan diberi nama Graha Tumapel. Meski pernah difungsikan untuk kegiatan kampus, dalam beberapa tahun terakhir tempat ini lebih banyak terkunci dan dibiarkan kosong.

“Dari luar bisa terlihat tumpukan kursi, meja, dan barang-barang kampus yang dibiarkan begitu saja di dalam ruangan. Seolah-olah tempat ini ditinggalkan mendadak,” ujar seorang mahasiswa UM yang kos di sekitar area itu.

Baca Juga :  Tawarkan Beasiswa Hingga 100 Persen, BINUS University: Solusi untuk Gen Z Raih Karir Lebih Awal

Menurut arsitek dan Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Erlina Laksmiani Wahdyutami, bangunan ini bergaya modern dengan sentuhan Eropa. Sayangnya, banyak bagian aslinya yang kini telah diganti, termasuk lantai traso merah yang diganti dengan keramik, dan kubah atap yang baru ditambahkan pada era 1990-an.

Namun, perubahan itu tak mampu menghapus nuansa mistis. “Kalau malam, suasananya benar-benar beda. Seperti ada yang mengawasi dari jendela atas,” ungkap seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Meski tak lagi digunakan secara aktif, Wisma Tumapel terus jadi magnet bagi pecinta sejarah, penggemar arsitektur klasik, dan tentu saja pemburu kisah horor.

Hingga kini, belum ada rencana pasti soal nasib Wisma Tumapel ke depan. Namun satu hal pasti, bangunan ini bukan sekadar saksi bisu sejarah, ia hidup dalam cerita, dalam lorong-lorong bisu, dan dalam ketakutan yang tak bisa dijelaskan dengan logika.(mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *