Sudutkota.id– Niat bertualang ke alam bebas nyaris berujung petaka. Sebelas orang pendaki dilaporkan tersesat di Bukit Lincing, kawasan hutan konservasi Tahura Raden Soerjo, lereng Gunung Arjuno, Kabupaten Malang, Kamis (29/5/2025). Mereka naik gunung bukan melalui jalur resmi, melainkan hanya berbekal panduan dari video YouTube.
Pendakian dimulai sekitar pukul 01.00 dini hari dari kawasan Kebun Teh Wonosari. Tanpa tiket resmi, tanpa registrasi ke pengelola, dan tanpa pemandu. Rombongan berisi remaja hingga orang dewasa itu memilih jalur alternatif yang tak terdaftar di peta pendakian resmi.
“Mereka naik lewat jalur tidak resmi dan tidak mendaftar ke pengelola. Jalurnya hanya berdasarkan informasi dari video YouTube,” ujar Kasihumas Polres Malang, AKP Bambang Subinajar, saat dikonfirmasi, Sabtu (31/5/2025). malam.
Awalnya, perjalanan mereka berjalan lancar. Namun saat matahari mulai naik, mereka justru kehilangan arah. Rombongan mulai panik dan menyadari telah menyimpang terlalu jauh dari jalur. Salah satu dari mereka akhirnya berhasil menghubungi temannya untuk meminta bantuan. Laporan itu kemudian diteruskan kepada pihak kepolisian dan tim SAR.
Operasi Penyelamatan di Lereng Arjuno
Polres Malang langsung berkoordinasi dengan Tim Search and Rescue (SAR), personel Tahura, Perhutani, Bhabinkamtibmas Polsek Singosari, Babinsa, hingga relawan Palang Merah Indonesia. Proses pencarian dimulai sekitar pukul 10.00 WIB setelah titik koordinat lokasi berhasil dipastikan dari komunikasi terakhir dengan salah satu pendaki.
Tim bergerak menyisir kawasan hutan Bukit Lincing yang dikenal lebat dan menantang. Setelah lebih dari lima jam penyisiran di medan terjal dan vegetasi rapat, seluruh pendaki akhirnya ditemukan dan dievakuasi dalam kondisi selamat pada pukul 15.30 WIB.
“Semua dalam kondisi selamat dan sudah dikembalikan ke pihak keluarga masing-masing,” kata AKP Bambang.
Profil Para Pendaki
Rombongan pendaki tersebut terdiri dari EY (45), A (45), dan V (18) yang berasal dari Jalan Plaosan Barat, Kota Malang; S (18) dari Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang; MRM (17) dari Kecamatan Blimbing, Kota Malang; AZ (46) dan NF (46) dari Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis; KA (42) dan LN (45) dari Kecamatan Lawang; serta NPI (15) dari Dusun Saptorenggo dan KM (18) dari Dusun Krajan Tengah, Desa Wonorejo, Lawang.
Usia mereka bervariasi. Namun satu kesamaan yang mengikat: mereka semua mengabaikan prosedur keselamatan dan pendakian yang semestinya.
Petualangan yang Terlalu Nekat
Peristiwa ini bukan hanya soal pendakian yang gagal arah. Ini adalah cerminan dari kurangnya kesadaran sebagian pendaki terhadap pentingnya perizinan, persiapan, dan keselamatan dalam beraktivitas di alam terbuka.
Terlalu banyak orang yang mengira bahwa naik gunung cukup bermodal stamina, semangat, dan sinyal ponsel. Padahal, medan seperti lereng Arjuno bisa dengan mudah mengubah petualangan menjadi ancaman jika prosedur diabaikan.
“Pendakian itu bukan konten hiburan. Ini soal keselamatan jiwa,” ujar salah satu relawan pencarian yang enggan disebutkan namanya.
Peringatan Serius dari Petugas
AKP Bambang menegaskan bahwa siapa pun yang hendak mendaki sebaiknya mengikuti jalur resmi, melakukan registrasi, dan tidak menyepelekan aturan yang ada. Pengelola kawasan konservasi seperti Tahura memiliki alasan kuat mengatur jalur dan prosedur pendakian, semuanya demi keselamatan.
“Jangan pernah meremehkan medan dan jangan menjadikan video internet sebagai satu-satunya panduan,” tuturnya. (mit/ris)