Sudutkota.id – Berawal dari kelelahan hidup sebagai perantau, Mubibin, memutuskan untuk membangun usaha sendiri di kampung halamannya. Keputusannya jatuh pada bisnis membuat tempe.
Bukan tanpa alasan, pria yang akrab disapa Bibin ini, sebelumnya pernah bekerja divsebuah distributor kedelai besar di Gresik dan rutin mengirim pasokan ke berbagai pabrik tempe di wilayah Jawa Timur. Dari pengalaman itu, tumbuh keinginannya untuk memproduksi tempe sendiri.
“Saya lihat di Malang belum ada tempe yang dikemas dengan baik. Saya teringat tempe di Gresik yang sudah dikemas rapi, jadi saya ambil peluang itu,” ungkap Bibin, saat ditemui sudutkota.id, Sabtu (21/06/2025) di pabriknya.
Usaha yang dirintis sejak tahun 2019 ini, dimulai hanya dengan modal Rp1,5 Juta. Kini, Bibin mampu meraup omzet hingga Rp60 Juta per bulan.
Dengan dibantu empat karyawan dan dua di antaranya khusus menjajakan tempe ke pasar-pasar seperti Pasar Cepokomulyo, Pasar Gadang, dan Pasar Kepanjen, usahanya semakin berkembang pesat.
Dalam proses produksinya, Tempe Java menghabiskan kurang lebih satu ton kedelai dengan metode trial and error yang panjang demi menghasilkan tempe berkualitas tinggi.
“Nggak langsung jadi, mas. Butuh waktu dan banyak percobaan supaya rasanya pas dan awet di kemasan,” menekankan jelas Bibin.
Tak hanya berhenti disitu, Bibin juga menjalin kerja sama dengan RSIA Aisyah Malang dan RSIA Muhammadiyah Malang sebagai pemasok tempe jadi. Serta membuka peluang bisnis bagi masyarakat dengan program reseller.
“Siapa pun bisa gabung, kami terbuka bagi yang ingin ikut jualan,” katanya.
Produk Tempe Java dapat ditemukan di berbagai titik, termasuk Resto Sambat Luwe di Bumi Ayu, Kedai Sayur 24 di Jalan Mertojoyo Selatan II, Merjosari, dan Sayur Segar di kawasan Sawojajar. Sementara lokasi pabriknya berada di Jalan Raya Jatikerto, tepat di depan Rumah Sakit Ramdani atau belakang toko ATK Asa Baru.
Meski telah meraih kesuksesan, perjalanan Bibin tak selalu mulus. Salah satu pengalaman paling membekas adalah ketika ia kehilangan satu tas berisi uang hasil penjualan saat perjalanan pulang.
“Itu momen yang nggak akan pernah saya lupa. Tapi dari situ saya belajar untuk lebih hati-hati dan terus semangat,” tutupnya.(ris)