Sudutkota.id- Permukaan air sungai Amazon tercatat berada di tingkat terendah dampak dari kekeringan terburuk sepanjang masa yang pernah tercatat, bahkan dalam beberapa kasus mengeringkan dasar sungai yang sebelumnya merupakan jalur air yang dapat dilayari.
Solimoes, salah satu anak sungai utama Sungai Amazon yang sumber airnya berada di Andes Peru, telah mencapai titik terendah yang pernah tercatat di Tabatinga, kota Brasil yang berbatasan dengan Kolombia.
Seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada hari Minggu (15/9). Di hilir Tefé, cabang Sungai Solimoes telah mengering sepenuhnya, sedangkan Danau Tefé di dekatnya, tempat lebih dari 200 lumba-lumba air tawar mati akibat kekeringan tahun lalu, juga telah mengering, sehingga mamalia merah muda yang terancam punah itu kehilangan habitat favoritnya.
Juru bicara Greenpeace, Romulo Batista, menunjukkan tempat dasar sungai cabang Solimoes berubah menjadi gundukan pasir
“Kita sedang mengalami tahun yang kritis. Tahun ini, beberapa bulan telah memecahkan rekor tahun lalu,” ungkapnya.
Kekeringan kritis tahun kedua berturut-turut telah mengeringkan sebagian besar vegetasi di Brazil dan menyebabkan kebakaran hutan di sejumlah negara Amerika Selatan, menyelubungi kota-kota dengan awan asap.
“Perubahan iklim bukan lagi sesuatu yang perlu dikhawatirkan di masa depan, 10 atau 20 tahun dari sekarang. Perubahan iklim sudah terjadi dan terjadi dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari yang kita duga,” sambungnya.
Aliran Solimoes di Tabatinga terukur 4,25 meter di bawah rata-rata pada paruh pertama September. Di Tefé, ketinggian sungai berada 2,92 meter di bawah level rata-rata selama dua minggu yang sama tahun lalu dan diperkirakan akan turun lebih jauh ke level terendah yang pernah ada.
Di Manaus, kota terbesar di Amazon, tempat Sungai Solimoes bertemu dengan Rio Negro membentuk Sungai Amazon sebenarnya, permukaan air Rio Negro mendekati rekor terendah yang dicapai pada Oktober tahun lalu. (Ka)