Politik

Sony Rudiwianto, anggota Komisi C DPRD Kota Malang Serap Aspirasi Warga

137
×

Sony Rudiwianto, anggota Komisi C DPRD Kota Malang Serap Aspirasi Warga

Share this article
Sony Rudiwianto, Ketua Komisi C DPRD Kota Malang Serap Aspirasi Warga
Reses yang digelar Ketua Komisi C DPRD Kota Malang, Sony Rudiwianto.(foto:sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id – Gedung Pastoral Paroki Widya Bhakti di Jalan Guntur 1A, Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota Malang, dipenuhi ratusan warga pada Senin malam (4/8/2025).

Mereka hadir untuk menyampaikan langsung berbagai keluhan dan harapan kepada Sony Rudiwianto, anggota DPRD Kota Malang dari Fraksi PDI Perjuangan, yang saat ini menjabat di Komisi C.

Kegiatan reses tersebut berlangsung dalam suasana hangat dan terbuka. Sony memberi ruang bagi warga untuk berbicara apa adanya, menyampaikan beragam masalah yang mereka hadapi di tingkat lingkungan masing-masing.

Infrastruktur jalan rusak, gorong-gorong tersumbat, limbah TPS Malabar, hingga isu pendidikan dan kesehatan menjadi pokok-pokok aspirasi yang mengemuka.

Warga dari sejumlah RT di Kelurahan Penanggungan menyampaikan keluhan soal kondisi gorong-gorong dan drainase yang sudah usang, terutama di kawasan Jalan Muria.

Saluran air yang kecil dan mampet tak lagi mampu menampung debit air, apalagi saat hujan deras. Kondisi ini dinilai membahayakan karena jalan tersebut dilalui kendaraan berat setiap hari.

“Gorong-gorong ini diduga peninggalan zaman Belanda. Tidak pernah diganti, hanya ditambal-tambal. Kami minta ada peremajaan total,” kata Taufik, saat menyampaikan aspirasinya.

Sony menanggapi serius persoalan ini dan menyatakan bahwa pihaknya di Komisi C akan mendorong Dinas PUPR untuk melakukan kajian dan perencanaan revitalisasi, khususnya pada titik-titik rawan banjir dan kerusakan infrastruktur dasar.

Persoalan lain yang ramai dibicarakan adalah pengelolaan sampah di TPS Malabar, Oro-Oro Dowo. Menurut warga, bau menyengat dan genangan air limbah dari lokasi tersebut sudah berlangsung cukup lama dan mengganggu kenyamanan warga sekitar, termasuk pedagang dan pengunjung pasar.

Baca Juga :  Khofifah Resmi Dapat Rekom dari Golkar di Pilgub Jatim 2024

Menanggapi hal ini, Sony menyebut dirinya telah mengadukan langsung persoalan tersebut kepada Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Raymond.

“Penanganan dengan penyemprotan disinfektan memang hanya solusi sementara. Kami sudah mendorong DLH agar mempercepat penataan TPS, termasuk opsi relokasi, dan memperbaiki sistem saluran limbahnya,” tegasnya.

Keluhan warga tak berhenti di persoalan fisik. Beberapa orang tua mengeluhkan tingginya biaya pendidikan, terutama untuk jenjang SMP dan SMA, meskipun ada program bantuan.

“Saya punya dua anak sekolah, dan meski katanya gratis, tetap ada iuran ini-itu. Kami bingung, karena tidak semua bantuan sampai,” ujar Julaikah warga sekitaran Oro Oro Dowo gang 5.

Menjawab hal ini, Sony mengatakan bahwa dirinya mendorong agar program beasiswa berbasis data kemiskinan lokal diperluas. Ia juga menekankan pentingnya pengawasan dana BOS dan transparansi alokasi bantuan agar benar-benar menyasar warga yang membutuhkan.

“Pendidikan gratis tidak boleh jadi slogan semata. Kita ingin ada sistem yang memastikan tidak ada anak yang putus sekolah hanya karena tidak mampu beli seragam atau buku,” ujar Sony.

Selain itu, ia juga menyinggung pentingnya pemerataan kualitas pendidikan antar wilayah. Menurutnya, sekolah-sekolah pinggiran sering kali tertinggal dalam hal fasilitas dan akses teknologi dibanding sekolah di tengah kota.

Dalam forum yang sama, warga juga menyampaikan keluhan soal layanan kesehatan di Puskesmas dan Klinik, yang dinilai masih terbatas, baik dari segi tenaga medis maupun jam operasional. Beberapa warga juga menanyakan soal mekanisme pengajuan bantuan iuran BPJS bagi warga tidak mampu.

Baca Juga :  Dewan Kritik Kesiapan Venue Porprov, Disporapar Beri Penjelasan

Sony menjelaskan bahwa saat ini Pemkot Malang masih membuka jalur bantuan BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) melalui kelurahan. Namun, ia mengakui bahwa prosesnya belum sepenuhnya merata.

“Saya akan komunikasikan ke Dinas Kesehatan agar sistem pendaftaran bantuan BPJS lebih cepat dan terbuka. Jangan sampai ada warga yang sakit tapi tidak bisa berobat karena tidak punya kartu jaminan,” jelasnya.

Ia juga mendorong agar layanan kesehatan keliling (mobile clinic) diaktifkan kembali di daerah padat dan pinggiran, terutama untuk menjangkau lansia dan warga disabilitas.

Acara reses ini ditutup dengan penampilan seni tari dari Sanggar Mutiara Nusantara, yang menampilkan ragam gerak dan busana daerah dari seluruh penjuru Nusantara. Sanggar tersebut dipimpin oleh anak Sony sendiri sebagai bentuk dukungan keluarga terhadap pelestarian budaya lokal.

“Kita punya ribuan budaya. Lewat tari, kita diingatkan bahwa perbedaan itu bukan ancaman, tapi kekuatan,” ujar Sony.

Ia menutup acara dengan ajakan kepada warga untuk tetap aktif menyuarakan pendapat, kritis terhadap kebijakan, dan tidak takut menyampaikan masalah ke wakil rakyat.

“Suara panjenengan semua sangat berharga. Setiap keluhan malam ini saya catat, dan akan saya kawal di DPRD. Mari kita bangun Kota Malang bukan hanya dengan kebijakan di atas meja, tapi juga dengan suara dan hati dari bawah,” pungkasnya.(mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *