Sudutkota.id – Ada yang menarik dalam kampanye Calon Wakil Bupati Malang Lathifah Shohib di Dusun Arjomulyo, Desa Bangelan, Kecamatan Wonosari. Di situ dia banyak dicurhati warga masyarakat soal susahnya mencari pekerjaan bagi anak-anak mereka yang lulusan SMA/SMK.
Mendapatkan keluhan tersebut, Cawabup nomor urut I memberikan solusi yang cukup masuk akal. Yakni, jika nantinya dia yang terpilih memimpin Kabupaten Malang bersama HM Sanusi, yang akan dilakukan adalah mendorong perkembangan petani milenial di Kecamatan Tersebut.
“Banyak yang mengeluhkan tentang lemahnya penyerapan tenaga kerja bagi lulusan SMK dan SMA. Anak-anak mereka yang lulus SMA atau SMK sulit cari pekerjaan, karena selalu ditanyakan pengalaman kerja. Padahal mereka kan fresh graduate belum punya pengalaman kerja,” ujar Bu Nyai, sapaan akrabnya, Sabtu (19/10).
Diterangkannya, Kecamatan Wonosari merupakan salah satu daerah yang mayoritas masyarakatnya adalah bertani. Karena secara geografis lahannya tergolong cukup subur. Dan skill yang dimiliki penduduknya adalah di bidang pertanian.
Untuk itu perlu adanya inovasi untuk mengangkat potensi-potensi petani dan pertaniannya. Salah satunya dengan menciptakan petani milenial. Yang menurutnya akan mudah diterapkan di wilayah itu.
“Solusinya kami ingin anak-anak disini, yang mayoritas pekerjaan orang tuanya petani, juga tertarik bekerja di sektor pertanian. Maka yang akan kami lakukan adalah mendorong pertanian modern di Kabupaten Malang. Agar menarik bagi anak muda,” ungkapnya.
Dicontohkannya, salah satu program Pemerintah Kabupaten Malang di masa kepemimpinan Sanusi sebagai Bupati, yakni penerapan petani milenial di Kecamatan Poncokusumo. Dengan menanam sayuran kentang yang produksinya sukses diserap dengan baik oleh pasar.
Pertanian modern ini, lanjut Bu Nyai, akan dikemas seperti pertanian-pertanian di negara Jepang. Yakni dengan memanfaatkan alat pertanian modern. Ini untuk memudahkan petani mengolah lahan agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
“Mereka (anak-anak muda) kan tidak mau memegang pacul, arit, atau lainnya. Untuk itu perlu modernisasi peralatan. Supaya saat mereka bekerja di sawah, tidak keliatan seperti petani-petani jaman kolonial. Dan menjadi petani yang milenial,” pungkasnya.(SW)