Internasional

Sedikitnya 112 Warga Palestina Tewas dan Ratusan Luka Oleh Serangan Pasukan Israel Ketika Menunggu Bantuan Makanan

49
×

Sedikitnya 112 Warga Palestina Tewas dan Ratusan Luka Oleh Serangan Pasukan Israel Ketika Menunggu Bantuan Makanan

Share this article
Kerumunan warga Palestina saat menunggu bantuan truk pengangkut tepung tiba di Shariah Al-Rashid Gharbi, ditembaki pasukan Israel, Kamis (29/2). (@AJA_Palestine di platform X)

Sudutkota.id – Sedikitnya 112 warga Palestina tewas dan 760 lainnya luka-luka setelah ditembak oleh pasukan Israel ketika menunggu pengiriman bantuan makanan di Gaza pada hari Kamis (29/2), menurut keterangan Kementerian Kesehatan Gaza kepada Al Jazeera di pembaruan berita pukul 16.12 GMT.

Rekaman video yang ditayangkan Al Jazeera Arab menunjukkan momen tentara Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan warga di Jalan al-Rashid. Tembakan pertama dilepaskan sekitar pukul 02:30 GMT ketika ratusan warga Palestina berkumpul di Bundaran Nabulshi di selatan Kota Gaza. Video dengan keterangan “Saat-saat pertama pendudukan melepaskan tembakan ke arah Palestina menunggu bantuan tiba di Shariah Al-Rashid Gharbi,” menunjukkan tembakan pertama yang ditembakkan.

Hani Mahmoud, jurnalis Al Jazeera melaporkan, begitu orang-orang mendekati truk yang membawa bantuan makanan berupa tepung, mereka ditembaki. Ada drone penyerang di langit. Ada juga tembakan dari angkatan laut dan kendaraan lapis baja di sekitarnya. Secara serentak, pasukan militer ini menembaki sekelompok orang yang kelaparan, trauma, dan terpaksa mengungsi. Orang-orang yang hanya berusaha mendapatkan apa pun yang mereka bisa untuk memberi makan keluarga mereka dan tetap hidup.

“Kami datang ke sini untuk mendapatkan bantuan,” kata seorang warga Palestina kepada Quds News Network setelah serangan di Jalan al-Rashid.

“Saya sudah menunggu sejak kemarin. Sekitar pukul 04.30 pagi ini truk mulai lewat. Begitu kami mendekati truk bantuan, tank dan pesawat tempur Israel mulai menembaki kami seolah-olah itu adalah jebakan,” kata pria tersebut.

“Kepada negara-negara Arab saya katakan, jika Anda ingin kami terbunuh, mengapa Anda mengirimkan bantuan? Jika ini terus berlanjut, kami tidak ingin ada bantuan yang disalurkan sama sekali. Setiap konvoi yang datang berarti pembantaian lagi,” sesalnya.

“Banyak pemuda dan pemudi tewas dan banyak lagi yang terluka ketika mereka hendak menerima bantuan. Masuk akal, jika bantuan diberikan, gencatan senjata harus dipatuhi. Ini tidak terjadi di lapangan, ini adalah kejahatan, ini adalah dosa,” geramnya.

Yusri al-Ghoul, seorang novelis, dosen dan dokter Palestina yang mengungsi, berada di daerah tersebut selama serangan pasukan Israel terhadap warga Palestina yang mencoba mendapatkan bantuan di Gaza.

“Setiap hari kami pergi ke tempat yang dekat dengan tank Israel karena kami kelaparan; kami tidak menemukan makanan, bahkan makanan hewani selama sekitar dua bulan, dan anak-anak kami kelaparan,” katanya kepada Al Jazeera.

“Apa yang terjadi hari ini di pagi hari, saya pergi ke daerah itu seperti ribuan warga Palestina untuk mendapatkan bantuan, tapi sayangnya kami kembali dengan para martir, dengan orang-orang tak berdosa yang dibunuh oleh tank dan penembak jitu Israel,” al-Ghoul menambahkan, “mereka menembak puluhan warga Palestina di depan saya, mereka menargetkan kepala, siku, dan lutut mereka. Sayangnya, harga darah kami sangat murah,” katanya.

Baca Juga :  WHO Menyatakan Cacar Monyet Sebagai Keadaan Darurat Kesehatan Global

Truk yang sedianya hendak mengantarkan bantuan pangan, akhirnya membawa puluhan warga Palestina yang tewas dan terluka kemudian membawa mereka ke fasilitas kesehatan terdekat. Beberapa korban tewas dan terluka juga ada yang harus diangkut dengan kereta keledai dan mobil pribadi. Ambulans juga kembali untuk mengambil lebih banyak jenazah. Sementara yang lain tergeletak di jalanan selama berjam-jam. Sebagian besar warga Palestina yang terluka dibawa ke Rumah Sakit al-Shifa dan Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara. Yang lainnya dibawa ke rumah sakit Ahli dan Yordania.

Faris Afana, kepala layanan ambulans di Rumah Sakit al-Shifa, mengatakan rumah sakit di Kota Gaza tidak lagi mampu menangani banyaknya korban yang datang setelah serangan tersebut.

“Kami hanya memiliki tiga ambulans yang beroperasi, karena kami kehabisan bahan bakar. Kami berkendara di sepanjang jalan al-Rashid dan menemukan puluhan mayat tergeletak di jalan,” katanya. “Selama lebih dari empat jam sekarang, kami telah membawa korban ke rumah sakit,” imbuhnya.

“Ini adalah genosida terhadap rakyat kami, mereka adalah warga sipil tak berdosa yang menunggu berhari-hari untuk truk yang membawa bantuan. Ini adalah kejahatan perang, ini adalah genosida yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina, ” geramnya.

Jadallah al-Shafei, kepala departemen perawat di Rumah Sakit al-Shifa, mengatakan “Kami tewas dalam satu serangan udara Israel,” katanya.

“Sejak dini hari, rumah sakit dibanjiri puluhan jenazah dan ratusan lainnya luka-luka. Mayoritas korban mengalami luka tembak dan pecahan peluru di kepala dan tubuh bagian atas. Mereka terkena tembakan artileri langsung, rudal drone, dan tembakan,” jelasnya.

“Kami kehabisan ruang operasi, apalagi staf medis. Kami kehabisan persediaan medis dan bahan bakar untuk menjalankan rumah sakit. Kami berharap kami dapat memberikan bantuan yang menyelamatkan jiwa bagi mereka yang terluka. Semuanya dalam kondisi kritis, tergeletak di lantai. Kami tidak berdaya di tengah kekurangan pasokan dan staf,” sesalnya.

Baca Juga :  11 Jenazah Migran Dievakuasi dari Laut Mediterania di Lepas Pantai Libya

Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, mengatakan pemberian bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza membahayakan tentara Israel dan harus dihentikan.

“Hari ini terbukti bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza bukan hanya sebuah kegilaan ketika para sandera kami ditahan di Jalur Gaza, tetapi juga membahayakan tentara IDF,” katanya. Ben-Gvir menyebut pengiriman tersebut sebagai “oksigen ke Hamas”.

“Insiden ini adalah “alasan jelas lainnya mengapa kita harus berhenti menyalurkan bantuan ini”, tulisnya di X.

Para pejabat Palestina mengecam serangan terhadap warga sipil yang kelaparan di wilayah yang dikepung dan dibom sebagai “pembantaian berdarah dingin”.

Mustafa Barghouti, sekretaris jenderal Inisiatif Nasional Palestina, mengutuk serangan mematikan terhadap pencari bantuan sebagai “kejahatan mengerikan” yang dilakukan oleh Israel.

“Kita berhadapan dengan negara paria, sebuah struktur yang telah menjadi fasis, dijalankan oleh kaum fasis dalam pemerintahan yang mencakup kaum fasis,” katanya kepada Al Jazeera.

“Mereka adalah warga sipil yang kelaparan karena Israel telah merampas makanan mereka selama berbulan-bulan dan tidak mengizinkan pasokan apa pun kepada mereka selama lebih dari sebulan,” kata Barghouti. “Dan kemudian mereka mencoba membenarkannya dengan mengatakan bahwa warga Palestina bertanggung jawab atas pembunuhan yang dilakukan oleh tentara Israel yang sama? Sungguh sulit dipercaya.”

Barghouti juga mengecam “diamnya” negara-negara Barat dan menyalahkan pemerintah mereka karena terlibat dalam kejahatan ini dan membiarkannya terjadi.

“Ini harus segera dihentikan,” katanya. “Hal ini tidak dapat berhenti tanpa gencatan senjata yang segera, permanen, lengkap dan total, tanpa tentara Israel menarik diri dari Gaza setelah mereka menghancurkannya begitu banyak dan setelah mereka menyebabkan begitu banyak orang, jutaan orang, ke ambang kelaparan dan kematian akibat serangan Israel,” katanya.

Menurut laporan Menteri Kesehatan Palestina, setidaknya 30.035 orang telah tewas dan 70.457 luka-luka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Sementara itu jumlah korban tewas yang di pihak Israel akibat serangan 7 Oktober mencapai 1.139 orang. (wn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *