Sudutkota.id – Menghadapi intensitas hujan tinggi dan meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), Polresta Malang Kota bersama Pemkot Malang, Kodim 0833, BPBD, PMI, serta relawan lintas komunitas meresmikan Posko Tanggap Bencana yang mulai beroperasi 24 jam penuh.
Posko tersebut diaktifkan mulai, Kamis (11/12/2025) di halaman Ruko Jl Letjen S. Parman, setelah sehari sebelumnya digelar rapat koordinasi lintas instansi.
Posko Tanggap Bencana ini menjadi pusat kendali, pusat informasi, serta pusat respons cepat ketika terjadi kondisi darurat. Di lokasi, telah disiagakan tenda komando, logistik kebencanaan, alat rescue, alat penerangan portabel, gergaji pemotong, pelampung, tandu evakuasi, hingga perangkat komunikasi lapangan untuk mempermudah koordinasi antarlembaga.
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menegaskan bahwa keberadaan posko bukan sekadar formalitas, namun menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam memperkuat mitigasi bencana.
“Kota Malang berada pada titik rawan hidrometeorologi, seperti banjir, genangan, dan pohon tumbang. Kehadiran Posko Tanggap Bencana ini menjadi langkah konkret memastikan penanganan cepat dan terpadu. Kami ingin masyarakat merasa aman di tengah cuaca ekstrem, terutama menjelang Nataru,” ujar Wahyu.
Ia juga menambahkan bahwa seluruh kecamatan telah dibekali sarana antisipasi bencana dan dipantau secara berkala.
“BPBD sudah menyiapkan peralatan di tiap kecamatan. Begitu ada laporan kondisi darurat, respons harus hitungan menit, bukan jam,” tambahnya.
Selain posko utama, dua posko prioritas ditempatkan di Kecamatan Lowokwaru dan Blimbing, mengingat kedua wilayah tersebut sempat terdampak banjir akibat hujan berintensitas tinggi beberapa hari sebelumnya. Potensi banjir di dua kecamatan itu juga dipengaruhi aliran Sungai Brantas dan jaringan drainase permukiman yang menerima limpahan air dari wilayah Kota Batu di sisi barat.
Pada bagian lain, kawasan Kedungkandang juga mendapat perhatian khusus karena menjadi jalur aliran Sungai Amprong yang membawa debit air dari Tumpang dan Poncokusumo.
Wahyu menambahkan bahwa kolaborasi pemerintah, TNI–Polri, dan relawan merupakan kunci utama.
“Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan Linmas di tingkat kelurahan menjadi garda terdepan untuk mendeteksi dini potensi bencana. Jadi sinergi ini bukan hanya di level kota, tapi sampai level paling kecil,” jelasnya.
Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Nanang Haryono, menyampaikan bahwa seluruh personel yang ditugaskan di posko adalah anggota Polri yang memiliki kemampuan penyelamatan.
“Semua personel di Posko Tanggap Bencana ini merupakan anggota yang pernah bertugas di Brimob dan punya keahlian SAR. Mereka sudah terbiasa menghadapi situasi darurat sehingga bisa bergerak cepat begitu laporan masuk,” tegasnya.
Posko akan beroperasi dengan sistem tiga shift, masing-masing delapan jam, dan setiap shift diperkuat delapan personel terlatih. Mereka dibekali kemampuan evakuasi korban, pertolongan pertama, hingga penanganan situasi darurat lainnya.
Kombes Nanang mengingatkan masyarakat untuk segera melapor jika menemukan potensi bahaya, seperti pohon miring, tanah bergerak, atau debit sungai meningkat.
“Silakan hubungi Layanan Cepat Polri 110 atau Jogo Malang Presisi di 0811-1272-000. Informasi dari masyarakat sangat penting untuk mencegah dampak yang lebih besar,” ujarnya.
Sebelum peresmian posko, jajaran Forkopimda meninjau dan memasang tanda jalur evakuasi di Gang Sidomulyo II, Kelurahan Purwodadi, sebagai bagian dari penguatan mitigasi di lingkungan padat penduduk.
Dengan kesiapsiagaan yang semakin solid, Pemerintah Kota Malang dan Polresta Malang Kota memastikan koordinasi lintas sektor berjalan efektif demi keselamatan warga selama puncak musim hujan dan masa libur Nataru.




















