Sudutkota.id – Tahun ini, ribuan petani di Kota Malang mendapat angin segar. Pemerintah menyalurkan pupuk bersubsidi sebagai bagian dari dukungan terhadap sektor pangan lokal yang makin terdesak ruang.
Melalui skema Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok elektronik (e-RDKK), para petani di kota ini akan menerima 501 ton pupuk urea dan 657 ton pupuk NPK. Jumlah tersebut berasal dari usulan para petani sendiri, yang diajukan melalui kelompok tani.
“Setiap tahun petani kami ajak menyusun e-RDKK, dan itu jadi dasar penyaluran pupuk subsidi tahun berikutnya. Untuk 2024 ini, alokasi sudah sesuai dengan usulan,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang, Slamet Husnan, Rabu (4/6/2025).
Namun pupuk bukan satu-satunya yang disalurkan. Ada pula bantuan 5.000 bibit padi, alat pertanian, jaring pelindung bulir padi, hingga racun tikus. Bantuan itu menjadi harapan baru bagi petani yang terus menghadapi cuaca tak menentu dan serangan hama.
Meski luas sawah di Kota Malang kini hanya tersisa 788 hektare dari total 985 hektare lahan pertanian, produksi beras justru melonjak. Dari sekitar 6.000 ton pada 2024, kini tembus 15.000 ton per tahun.
Angka itu memang belum menutupi seluruh kebutuhan beras warga kota sekitar 40.000 ton per tahun, tapi merupakan lompatan besar.
“Kami bersyukur, di tengah sempitnya lahan, hasil panen masih bisa naik. Artinya, ada kerja keras petani yang tak terlihat di balik data itu,” kata Slamet.
Kekurangan pasokan beras ditutup lewat kerja sama dengan daerah sekitar seperti Kabupaten Malang, Situbondo, Kediri, hingga distribusi Bulog yang masih memadai. Bulog juga aktif membeli gabah dari petani lokal dengan harga plafon Rp 6.500 per kilogram.
Slamet menambahkan, perluasan lahan sawah tetap memungkinkan, tetapi perlu pertimbangan anggaran dan koordinasi lintas sektor, termasuk dengan Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD).(mit)




















