Daerah

Panen Modern Perdana di Tlogowaru, Wali Kota Malang: Empat Hektare Selesai Dua Hari

47
×

Panen Modern Perdana di Tlogowaru, Wali Kota Malang: Empat Hektare Selesai Dua Hari

Share this article
Panen Modern Perdana di Tlogowaru, Wali Kota Malang: Empat Hektare Selesai Dua Hari
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat saat mencoba mengoperasikan mesin combine harvester.(foto:sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id – Lompatan teknologi pertanian kembali hadir di Kota Malang. Kali ini, Pemerintah Kota Malang bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) menggelar panen padi menggunakan mesin combine harvester di lahan milik Kelompok Tani Makaryo I, Kelurahan Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Selasa (24/6/2025).

Panen modern ini dihadiri langsung oleh Wali Kota Malang Wahyu Hidayat, jajaran Forkopimda, TNI-Polri, Kejaksaan, serta perwakilan dari kelompok tani setempat. Wali Kota menyebut penggunaan mesin panen ini menjadi bukti nyata efisiensi dan kemajuan sektor pertanian perkotaan.

“Empat hektare hanya dua hari. Padahal kalau manual, bisa 16 hari. Jadi selisihnya luar biasa—hemat waktu, tenaga, dan biaya. Ini terobosan penting, terima kasih kepada Bapak Presiden atas bantuannya kepada petani Kota Malang,” ucap Wahyu Hidayat usai memantau langsung proses panen.

Wahyu menegaskan, teknologi ini tidak menggantikan tenaga kerja manusia secara total, melainkan mendukung efisiensi produksi. Ia juga menyebut bahwa Kota Malang kerap mengalami kekurangan buruh tani, sehingga selama ini masih bergantung pada tenaga kerja dari Kabupaten Malang.

“Jangan khawatir, tenaga kerja manusia tetap dibutuhkan. Tapi di kota seperti Malang, buruh tani susah didapat. Maka kami dorong petani milenial agar adaptif dan inovatif. Alat ini bukan saingan, tapi solusi,” tegasnya.

Baca Juga :  Jelang Idul Adha, Harga Cabai dan Telur Naik Bertahap

Meski demikian, Wahyu belum memastikan apakah Pemkot Malang akan mengalokasikan anggaran daerah untuk pembelian alat serupa di masa depan. “Kita lihat skala prioritas dan efektivitasnya. Kalau memang mendesak, bisa jadi kita anggarkan lewat APBD,” imbuhnya.

Manfaat langsung mesin combine harvester dirasakan oleh para petani. Syaiful, salah satu petani di lokasi panen, mengaku sangat terbantu dengan kehadiran alat ini.

“Kalau pakai orang bisa 2–3 hari per hektare, sekarang 2 jam kelar. Bersih, hasil panennya bagus, dan biayanya juga lebih murah. Dulu kami harus cari banyak buruh panen, sekarang sulit karena banyak yang alih profesi,” ujarnya.

Menurutnya, dalam kondisi luas lahan yang cukup besar, combine harvester menjadi solusi ideal. Selain mempercepat panen, juga mengurangi potensi kehilangan hasil akibat keterlambatan panen manual.

Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan, menyampaikan bahwa kecepatan combine harvester sudah terbukti efisien. Dari pengamatan di lapangan, 4 hektare lahan bisa selesai hanya dalam dua hari. Sedangkan jika manual, membutuhkan waktu hingga 16 hari.

Baca Juga :  Bantu Pengungsi Kebakaran di Penjaringan, Polda Metro Jaya Buka Dapur Umum

“Ini menghemat 12 hari kerja. Dari segi bobot hasil panen, sama-sama maksimal. Tapi waktu panen, biaya operasional, dan kebutuhan tenaga jauh lebih efisien,” ujar Slamet.

Slamet juga menjelaskan bahwa pihaknya sedang merancang sistem penggunaan mesin secara bergilir di empat kecamatan dengan berbasis kelompok tani. Pengelolaan alat akan digandengkan dengan kelompok tani dari Kelurahan Merjosari yang sudah berpengalaman dalam manajemen alsintan (alat mesin pertanian).

“Idealnya, tiap kecamatan punya minimal dua mesin. Karena biasanya masa tanam serempak, jadi panennya juga bersamaan. Kalau alat terbatas, waktunya tidak efisien,” paparnya.

Acara panen ini juga menunjukkan kolaborasi solid antara Pemkot Malang, TNI, Polri, dan jajaran perangkat daerah. Kehadiran berbagai unsur menunjukkan bahwa pembangunan sektor pertanian bukan semata urusan dinas teknis, tetapi menjadi bagian dari upaya besar membangun ketahanan pangan di wilayah perkotaan.

Wali Kota Wahyu menegaskan bahwa langkah-langkah modernisasi seperti ini akan terus didorong, terutama dengan keterlibatan generasi muda dalam pertanian. “Petani milenial harus jadi ujung tombak pertanian modern. Kota Malang siap jadi contoh,” tutupnya.(mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *