Daerah

Meriah! Pengantin di Malang Dikawal Pasukan Sakerah hingga Bantengan

41
×

Meriah! Pengantin di Malang Dikawal Pasukan Sakerah hingga Bantengan

Share this article
Meriah! Pengantin di Malang Dikawal Pasukan Sakerah hingga Bantengan
Rombongan pengantin pria dikawal pasukan sakerah dan atraksi bantengan saat prosesi pernikahan di Jalan Kyai Paseh Jaya, Kelurahan Bumiayu, Kota Malang, Sabtu (4/10/2025).(foto:sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id – Suasana berbeda terlihat dalam prosesi pernikahan yang digelar di Jalan Kyai Paseh Jaya atau Jalan Balak Lori RT 08 RW 05, Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Sabtu (4/10/2025) sore.

Acara pernikahan putri salah satu warga ini sontak menjadi perhatian banyak orang. Pasalnya, iring-iringan rombongan mempelai pria tampil dengan nuansa tradisi lokal yang kental.

Barisan terdepan diisi oleh pasukan sakerah, sekelompok pendekar dengan ikat kepala merah dan celurit khas Madura. Mereka berjalan gagah mengawal rombongan pengantin pria. Tepat di belakangnya, hadir rombongan pemain bantengan dengan atraksi gerakan lincah dan hentakan musik tradisional yang memekakkan telinga sekaligus memeriahkan suasana.

Sementara itu, barisan terakhir dipenuhi rombongan ibu-ibu yang membawa padingset atau seserahan berupa perlengkapan rumah tangga, makanan, hingga simbol-simbol perlambang kehidupan rumah tangga baru.

Menurut Solikin, warga sekitar yang ditemui di lokasi, prosesi tersebut merupakan bagian dari tradisi temu manten.

“Kalau ada mantenan, biasanya memang begini. Rombongan mempelai pria dikawal pendekar sakerah, lalu ada bantengan, dan terakhir ibu-ibu membawa padingset. Sudah turun-temurun dan masih dilestarikan sampai sekarang,” ujarnya.

Solikin menambahkan, tradisi ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarat makna. “Maknanya supaya pernikahan membawa keselamatan, dijauhkan dari marabahaya, dan rumah tangganya diberi rezeki. Selain itu juga bentuk kebersamaan warga, karena semua ikut berpartisipasi,” katanya.

Kehadiran rombongan ini membuat suasana kampung riuh rendah. Banyak warga yang sengaja keluar rumah untuk menonton. Anak-anak hingga orang tua tampak antusias, bahkan beberapa di antaranya merekam momen tersebut dengan ponsel.

Bagi warga Bumiayu, tradisi seperti ini bukan hal baru. Prosesi serupa kerap dijumpai dalam acara lamaran maupun pesta pernikahan. Meski zaman sudah berubah, warga setempat masih menjaga adat ini agar tidak hilang ditelan modernisasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *