Sudutkota.id – Terasa istimewa bagi warga Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Sepanjang Jalan Banten berubah menjadi panggung budaya dalam ajang Festival Gerabah Penanggungan III Tahun 2025, Minggu (7/9/2025) malam.
Untuk pertama kalinya, festival ini digelar di tingkat RW khususnya di RW 02, dengan melibatkan masyarakat secara langsung, mulai dari tokoh masyarakat, pemuda, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), hingga pelaku UMKM.
Acara dibuka dengan pagelaran seni dan opera rakyat yang memadukan cerita tradisional dengan sentuhan modern. Pertunjukan ini berhasil memikat penonton karena alur ceritanya mudah dipahami dan dikemas menarik, meskipun tetap berpijak pada pakem budaya.
Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, hadir langsung untuk menyaksikan sekaligus memberikan apresiasi. Ia menilai kreativitas warga Penanggungan dalam menyelenggarakan festival ini sangat penting sebagai bentuk regenerasi dalam melestarikan budaya lokal.
“Festival ini luar biasa. Jalan ceritanya dikemas dengan menarik, ada sentuhan modern, tetapi tetap menjaga tradisi. Inilah cara agar anak-anak muda lebih dekat dengan budaya, dan mereka akan lebih mudah tertarik untuk melestarikannya,” kata Wahyu.
Dalam sambutannya, Wahyu mengingatkan bahwa kerajinan gerabah Penanggungan merupakan salah satu warisan budaya tertua di Kota Malang. Namun, keberadaannya kini semakin terancam karena jumlah pengrajin yang menurun drastis.
“Sekarang pengrajinnya tinggal sedikit, rata-rata sudah berusia lanjut. Banyak yang memilih beralih profesi menjadi pengelola kos-kosan karena Penanggungan berada di pusat kota dan dekat kampus. Kalau tidak segera diwariskan, kerajinan ini bisa hilang,” ungkapnya.
Fenomena peralihan profesi ini menunjukkan adanya tantangan besar dalam menjaga eksistensi gerabah Penanggungan. Padahal, gerabah dari kawasan ini dikenal memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan daerah lain.
Wali Kota menekankan pentingnya pelatihan khusus bagi generasi muda agar tertarik menekuni kerajinan gerabah. Menurutnya, produk gerabah bisa dikembangkan dengan motif baru, desain modern, dan strategi pemasaran digital sehingga tetap relevan di era saat ini.
“Gerabah bisa kita buat lebih inovatif. Bisa dikombinasikan dengan desain modern, bahkan dibuat sesuai selera pasar internasional. Kalau dikembangkan dengan baik, ini bisa jadi produk unggulan Kota Malang,” ujarnya.
Ia juga mendorong agar festival semacam ini tidak berhenti sebagai hiburan semata, tetapi menjadi ruang pembelajaran yang dapat menginspirasi generasi muda.
Selain membahas budaya, Wahyu menyampaikan bahwa Pemkot Malang akan terus mendorong sektor UMKM, termasuk pengrajin gerabah. Ia menegaskan adanya fasilitas kredit dari bank milik Pemprov Jawa Timur yang bisa diakses pelaku usaha kecil.
“Kreditnya tanpa jaminan, maksimal Rp50 juta. Walaupun terbatas, tapi sangat membantu sebagai modal usaha. Pemkot siap memfasilitasi agar UMKM, termasuk pengrajin gerabah, bisa berkembang,” kata Wahyu.
Festival Gerabah Penanggungan III ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Ketua RW, tokoh masyarakat, dan kelompok pemuda bahu-membahu menyukseskan acara. Kehadiran Wali Kota bersama camat, lurah, hingga Pokdarwis membuat suasana semakin meriah.
Ketua RW 02 Kelurahan Penanggungan, Ace Halim. dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga karena wilayahnya dipercaya menjadi pusat kegiatan budaya ini.
“Kami berharap festival ini bisa menjadi agenda rutin dan semakin banyak melibatkan warga, khususnya anak-anak muda, supaya mereka tahu bahwa Penanggungan punya identitas kuat melalui gerabah,” ujarnya.
Pagelaran budaya di sepanjang Jalan Banten ini tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga menjadi momentum penting untuk memperkuat identitas lokal.
Festival Gerabah Penanggungan III 2025 diharapkan mampu mengembalikan kejayaan gerabah sebagai salah satu ikon kebudayaan Kota Malang sekaligus peluang ekonomi yang menjanjikan.




















