Sudutkota.id – Terkait kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memberlakukan tarif impor baru bertajuk ‘Tarif Resiprokal’ pada 2 April 2025, menuai sorotan Wakil Presiden RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK).
Kebijakan ini menetapkan tarif minimum sebesar 10 persen, untuk seluruh produk impor ke AS. Tarif yang lebih tinggi dikenakan pada 57 negara dan teritorial tertentu, termasuk Indonesia.
Indonesia terkena tarif timbal balik sebesar 32 persen yang masuk ke Amerika. Sontak banyak pihak yang bereaksi pasca pengumuman Presiden AS yang dinilai cukup kontroversial ini.
Merespon hal itu, dihadapan awak media, Jusuf Kalla (JK ) menjelaskan secara teknis dampak dari kebijakan yang dicanangkan oleh Presiden AS, Donald Trump, terkait naiknya tarif barang masuk ke AS.
Menurutnya, kebijakan pengenaan tarif sebesar 32 persen tidak memiliki dampak yang terlalu besar terhadap Indonesia. Bahkan jika menurut dia, Indonesia tidak akan terdampak seperti yang dikhawatirkan oleh para pakar.
Bahkan, masih kata JK, setelah di hitung-hitung dampak dari penetapan kebijakan itu, jatuhnya hanya mendekati 10 persen.
“Saya jelaskan, misalnya harga ekspor sepatu kita ke AS itu 15-20 Dollar AS, dan harga jual sepatu di AS itu mencapai 50-70 Dollar AS. Dengan pengenaan tarif impor yang dikenakan 32 persen, dikalikan dengan harga ekspor 20 Dollar AS, maka total tarif impor yang dikenakan hanya mencapai 6,4 Dollar AS. Jadi, hanya kurang lebih 10 persen dari harga jualnya,” terang JK.
Menurut JK, kebijakan Trump lebih bersifat emosional. Dalam merespons perang dagang dengan China. Yang sudah terlalu lama dan dipengaruhi politik perang dagang antara kedua negara itu.
“Itu isu politik untuk menjaga daya saing AS yang memang kita kena efeknya saja. Harga tarif itu pun dibayar oleh konsumen dan pengusaha di Amerika. Jadi, saya pikir jangan terlalu khawatir seakan-akan mau kiamat dunia ini,” sambungnya.
Angka-angka ini, lanjut JK, hanya tekanan saja untuk negosiasi. Sama dengan, misalnya beli sesuatu, kasih dulu harga tinggi baru berunding. Toh, Trump juga bilang masih bisa negosiasi.(DB)