Indonesia Menduduki Peringkat Teratas dalam Konsumsi Mikroplastik Secara Global

0
Tumpukan plastik dan puing-puing lainnya yang terdampar di Pantai Kedonganan Bali, Indonesia. (foto: AFP)
Advertisement

Sudutkota.id- Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cornell University baru-baru ini, masyarakat Indonesia merupakan konsumen mikroplastik terbesar di dunia dengan perkiraan mengkonsumsi sekitar sekitar 15 gram partikel plastik per bulan.

Menurut wikipedia, mikroplastik adalah potongan plastik yang sangat kecil, umumnya memiliki diameter yang kurang dari 5 mm dan dapat mencemari lingkungan. Mikroplastik mencemari lingkungan dengan memasuki ekosistem alami dari beragam sumber, seperti kosmetik, sabun, pakaian, kemasan makanan, dan proses industri.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology ini memetakan serapan mikroplastik di 109 negara dan menemukan bahwa masyarakat di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Filipina, dan Vietnam, merupakan konsumen mikroplastik terbesar di dunia.

Masyarakat Indonesia menduduki peringkat teratas karena mereka mengonsumsi mikroplastik setara dengan tiga kartu kredit setiap bulannya, yang sebagian besar berasal dari ikan dan makanan laut. Dengan menggunakan model data yang ada, peneliti Cornell mengatakan konsumsi harian partikel plastik masyarakat Indonesia meningkat 59 kali lipat dari tahun 1990 hingga 2018.

“Temuan terbaru ini menambah daftar panjang bahaya polusi plastik yang mengkhawatirkan di Indonesia, lantaran keberadaan mikroplastik tidak dapat dipisahkan dari produksi plastik secara besar-besaran,” kata Afifah Rahmi Andini, peneliti utama plastik di Greenpeace Indonesia seperti dilaporkan oleh Arab News.

Indonesia, negara kepulauan dengan populasi lebih dari 270 juta orang, adalah pencemar plastik laut terbesar kedua, setelah Tiongkok, menurut sebuah penelitian tahun 2015 yang diterbitkan dalam jurnal Science.

Meskipun merupakan produsen dan konsumen plastik terbesar, negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini masih tertinggal dalam hal pengelolaan sampah.

“Kapasitas pengelolaan sampah kita masih jauh dari ideal. Kapasitas daur ulang kami sendiri kurang dari 10 persen dari total sampah plastik yang kami hasilkan. Maka tidak heran jika saat ini kita harus menghadapi kenyataan pahit bahwa masyarakat Indonesia memiliki risiko paling tinggi terpapar mikroplastik,” beber Andini.

Selama bertahun-tahun, pemerintah Indonesia telah merancang berbagai peraturan untuk mengatasi masalah polusi plastik, termasuk rencana aksi nasional yang bertujuan untuk mengurangi sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada tahun 2025, yang mencakup strategi pengurangan sampah, peningkatan infrastruktur pengelolaan sampah dan pelayanan publik. kampanye pendidikan.

Daerah-daerah besar, termasuk ibu kota Jakarta dan tujuan liburan populer Bali, juga telah memberlakukan larangan penggunaan plastik sekali pakai.

“Namun regulasi yang ada belum cukup ideal untuk mengatasi permasalahan pencemaran mikroplastik. Kita harus beradaptasi, karena saat ini sudah menjadi fakta bahwa mikroplastik adalah bagian dari lingkungan dan tubuh kita yang tidak dapat lagi kita hindari,” kata Andini.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Indonesia belum menerima laporan mengenai penyakit klinis yang terkait dengan mikroplastik, namun direktur kesehatan lingkungan, Dr. Anas Ma’ruf mengungkapkan bahwa penelitian Cornell itu bisa menjadi informasi yang berguna bagi pihaknya.

“Meski perlu dikaji lebih lanjut, hal ini tetap dapat menjadi informasi bagaimana risiko kesehatan akibat mikroplastik perlu mendapat perhatian, karena Indonesia adalah negara maritim terbesar dan produsen mikroplastik utama di dunia tentunya kampanye tentang mikroplastik kepada masyarakat harus ditingkatkan,” pungkasnya. (Ka)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here