Infotainment

Harmoni Nada dari Candi Kidal: Kisah Kaji Nova dan Arca Tatasawara

128
×

Harmoni Nada dari Candi Kidal: Kisah Kaji Nova dan Arca Tatasawara

Share this article
Harmoni Nada dari Candi Kidal: Kisah Kaji Nova dan Arca Tatasawara
Arca Tatasawara, grup musik etnik kontemporer asal Malang ini memadukan musik tradisional dan modern dalam balutan nuansa budaya yang kental.(foto:sudutkota.id/ris)

Sudutkota.id – Pelataran Candi Kidal di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, berubah menjadi panggung megah bagi konser tunggal perdana Arca Tatasawara, pada Minggu (10/8/2025). Grup musik etnik kontemporer asal Malang ini memadukan musik tradisional dan modern dalam balutan nuansa budaya yang kental.

“Bagi kami, konser ini bukan sekadar hiburan, tetapi cara untuk menghidupkan kembali cerita-cerita kuno di candi melalui nada,” ujar Nova, sapaan akrab Kaji Nova.

Arca Tatasawara yang berdiri sejak Agustus 2019 ini awalnya bernama Tatasawara sebelum berganti nama pada 2023. Dengan tujuh personel yang menguasai berbagai alat musik tradisional Nusantara seperti sapek, kecapi, kendang, hingga talempong, mereka menciptakan karya yang menggabungkan kearifan lokal dengan sentuhan modern.

“Kami ingin menunjukkan bahwa musik tradisional bisa relevan dan keren di telinga generasi sekarang,” kata Kaji Nova.

Pemilihan Candi Kidal sebagai lokasi konser memiliki alasan yang mendalam. Salah satu lagu mereka, Garudeya, terinspirasi langsung dari relief di candi tersebut yang menceritakan perjuangan Garudeya membebaskan ibunya dari perbudakan naga.

“Relief Garudeya ini bahkan diyakini mengilhami lambang Garuda Pancasila, dan itu membuat kami semakin bangga mengangkatnya dalam karya,” tutur Kaji Nova.

Acara yang mereka kemas bertajuk “Harmoni Candi Nada Zaman” ini tidak hanya menampilkan konser musik malam hari, tetapi juga rangkaian kegiatan sejak pagi, seperti sound healing, live painting untuk amal, edukasi tari, hingga sesi Ajar Budaya bersama arkeolog.

“Kami ingin penonton tidak hanya datang menonton musik, tapi pulang dengan pengetahuan dan rasa cinta lebih terhadap warisan budaya,” ucap Kaji Nova.

Repertoar konser menghadirkan delapan lagu, termasuk dua karya baru berjudul Singgah dan Merantau. Setiap lagu membawa penonton pada perjalanan budaya dari berbagai daerah di Indonesia, lengkap dengan kolaborasi tari tradisional seperti Reog Ponorogo, Tari Bali, hingga Sufi.

“Setiap lagu adalah cerita, dan kami mengajak penonton untuk melihat candi sebagai kanvas hidup yang bercerita,” kata Kaji Nova.

Kolaborasi menjadi kunci kesuksesan konser ini, dengan melibatkan banyak seniman dan pelaku budaya dari berbagai daerah. Bahkan, ritual doa bersama tiga dalang dan penampilan sanggar-sanggar tari menambah kekuatan spiritual acara.

“Bagi kami, melestarikan budaya bukan hanya soal alat musik atau lirik, tapi juga soal kebersamaan dalam karya,” ungkap Kaji Nova.

Bagi Nova, konser ini adalah awal dari perjalanan yang lebih besar. Arca Tatasawara ingin terus membawa musik mereka ke berbagai situs candi di Indonesia, sebagai upaya menghubungkan generasi muda dengan akar budaya leluhur.

“Kami percaya musik adalah jembatan yang bisa menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,” tutup Kaji Nova.(ris)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *