Daerah

Gus Thoriq Serahkan Tongkat Zaitun ke Gus Kikin sebagai Simbol Rekonsiliasi PBNU

47
×

Gus Thoriq Serahkan Tongkat Zaitun ke Gus Kikin sebagai Simbol Rekonsiliasi PBNU

Share this article
Gus Thoriq Serahkan Tongkat Zaitun ke Gus Kikin sebagai Simbol Rekonsiliasi PBNU
Ketua PWNU Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz atau akrab disapa Gus Kikin (Baju Putih), menerima Tongkat Zaitun dari Gus Thoriq Bin Ziyad (Baju Batik).(foto:sudutkota.id/ist.)

Sudutkota.id – Inisiator Hari Santri Nasional, KH Thoriq Bin Ziyad, menyerahkan sebuah tongkat zaitun kepada Ketua PWNU Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), sebagai simbol perdamaian dan ajakan rekonsiliasi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Pertemuan berlangsung hangat di Pondok Pesantren Babussalam, Pagelaran, Kabupaten Malang, Jumat (5/12/2025) petang. Dalam pertemuan itu, Gus Thoriq menegaskan bahwa upaya mendamaikan pihak-pihak yang berselisih merupakan kewajiban moral setiap warga Nahdliyin.

“Konflik internal PBNU tidak boleh merembet menjadi kegaduhan di tengah umat. NU berdiri sebagai benteng akidah, dan harus kembali ke tujuan awal pendiriannya,” ujar Gus Thoriq, Sabtu (6/12/2025).

Tongkat komando sepanjang 45 cm itu dibuat dari kayu zaitun yang tumbuh di lingkungan Ponpes Babussalam. Terdapat 12 pohon zaitun berusia 7–10 tahun yang dirawat santri di halaman pesantren. Tongkat tersebut dibuat dalam waktu satu minggu dan telah diberi doa serta asma’ tertentu sebelum diserahkan.

Menurut Gus Thoriq, pohon zaitun dipilih karena secara historis menjadi simbol pemersatu di berbagai wilayah Syam.

“Semoga tongkat zaitun ini membawa kedamaian bagi PBNU. Zaitun adalah pohon cahaya, cahaya ilmu dan cahaya zikir, yang pada akhirnya menghapus berbagai ketegangan,” ujarnya.

Gus Thoriq juga mengingatkan bahwa simbol serupa pernah muncul dalam sejarah awal berdirinya NU, ketika Syaikhona Kholil Bangkalan memberikan tongkat kepada KH Hasyim Asy’ari sebagai restu pendirian organisasi.

Gus Kikin, yang merupakan cicit KH Hasyim Asy’ari dan kini memimpin PWNU Jawa Timur periode 2024–2029, disebut memiliki posisi strategis untuk menjadi jembatan rekonsiliasi.

“Gus Kikin saya harap dapat menjadi penengah. Dalam sejarah NU ada tiga momentum besar: kemenangan politik di era awal republik, peran dalam menumpas komunisme, dan lahirnya Hari Santri Nasional. Kini momentum keempat adalah merawat persatuan PBNU,” kata Gus Thoriq.

Meski sejumlah pertemuan tingkat Kiai sepuh berlangsung di Tebuireng pada hari yang sama, Gus Thoriq memilih tidak hadir. “Saya bukan kiai sepuh. Namun saya berharap pertemuan itu menghasilkan kebaikan dan jalan damai,” tambahnya.

Ia juga menegaskan kesiapannya menyambut kehadiran Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, di Malang. “Sumbangsih Gus Yahya besar bagi NU, dan kita berharap kebersamaan kembali dipulihkan,” ujarnya.

Di sisi lain, jajaran kiai sepuh NU bertemu di Ndalem Kasepuhan Ponpes Tebuireng, Jombang, pada Sabtu siang. Sejumlah tokoh hadir, di antaranya: Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, KH Nurul Huda Djazuli, KH Muhammad Nuh, KH Abdussalam Sohib (Gus Salam), Gus Kautsar dari Ploso dan KH A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *