Nasional

Gelombang Seismik Migas Dinilai Picu Risiko Ekologi Laut Selatan Jawa, Aktivis Lingkungan Minta Evaluasi Menyeluruh

43
×

Gelombang Seismik Migas Dinilai Picu Risiko Ekologi Laut Selatan Jawa, Aktivis Lingkungan Minta Evaluasi Menyeluruh

Share this article
Gelombang Seismik Migas Dinilai Picu Risiko Ekologi Laut Selatan Jawa, Aktivis Lingkungan Minta Evaluasi Menyeluruh
(Grafis:Sahabat Alam Indonesia)

Sudutkota.id – Aktivitas survei seismik 2D untuk eksplorasi minyak dan gas bumi terus menjadi sorotan publik. Sahabat Alam Indonesia menilai kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan risiko serius.

Resiko yang dimaksud yakni, terhadap keseimbangan ekosistem laut, khususnya bagi mamalia laut, penyu, serta pola migrasi ikan di sejumlah perairan strategis Indonesia.

Organisasi lingkungan itu mencatat, survei seismik tidak hanya berlangsung di perairan selatan Jawa Timur, tetapi juga terdeteksi di wilayah lain seperti Kepulauan Seribu, Selat Makassar, lepas pantai Gorontalo, Teluk Tomini, perairan Banggai, Riau, hingga Lampung.

Intensitas dan cakupan wilayah survei tersebut dinilai memperbesar potensi gangguan ekologis yang bersifat lintas kawasan.

Gelombang Seismik Migas Dinilai Picu Risiko Ekologi Laut Selatan Jawa, Aktivis Lingkungan Minta Evaluasi Menyeluruh
(Grafis:Sahabat Alam Indonesia)

Di perairan selatan Jawa, lokasi yang saat ini berlangsung kegiatan survei seismik 2D oleh Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang meliputi, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, dan Pacitan yang teridentifikasi sebagai habitat penting berbagai biota laut dilindungi.

Sahabat Alam Indonesia mencatat keberadaan sedikitnya lima jenis penyu, empat jenis lumba-lumba, serta tujuh jenis paus, termasuk paus biru, paus bungkuk, hingga paus sperma.

Selain itu, kawasan tersebut juga dikenal sebagai jalur migrasi dan daerah tangkap ikan ekonomis seperti tuna, cakalang, tongkol, marlin, hingga hiu paus.

Survei seismik merupakan metode geofisika dalam eksplorasi hulu migas dengan memanfaatkan gelombang suara berintensitas tinggi yang ditembakkan ke dasar laut menggunakan airgun.

Pantulan gelombang tersebut kemudian dianalisis untuk memetakan potensi cadangan minyak dan gas bumi. Namun, menurut pegiat lingkungan, gelombang frekuensi tinggi ini berpotensi mengganggu sistem navigasi alami mamalia laut dan ikan.

“Suara dan getaran dari airgun dapat menyebabkan mamalia laut dan ikan menjauh dari area survei. Dalam jangka panjang, gangguan ini berisiko mengubah pola migrasi, perilaku makan, hingga memicu stres dan cedera pada satwa laut,” ujar Andik Syaifudin, perwakilan Sahabat Alam Indonesia dalam keterangannya, Rabu (17/12/2025).

Dampak ekologis tersebut juga, lanjut dia, dikhawatirkan berimbas pada sektor sosial dan ekonomi pesisir. Perubahan jalur migrasi ikan dinilai dapat menurunkan hasil tangkapan nelayan tradisional yang bergantung pada pergerakan alami ikan di wilayah tersebut.

Menurut Sahabat Alam Indonesia, hingga kini belum terdapat mekanisme mitigasi yang efektif untuk melindungi biota laut dari dampak survei seismik di perairan terbuka.

Berbeda dengan aktivitas peledakan di darat yang masih dapat dilokalisasi, aktivitas di laut melibatkan pergerakan kapal dan organisme laut secara dinamis, sehingga dampak gelombang suara sulit dikendalikan.

Saat ini, Sahabat Alam Indonesia menyatakan masih terus menghimpun data lapangan dan laporan masyarakat pesisir terkait dugaan dampak ekologis dan sosial dari survei seismik di berbagai wilayah Indonesia.

“Temuan tersebut rencananya akan menjadi dasar untuk mendorong evaluasi kebijakan dan penguatan perlindungan ekosistem laut nasional,” pungkas Andik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *