Pendidikan

Gedung Bocor, Murid Hanya Lima: Potret Sekolah Laskar Pelangi Pinggir Pantai yang Bertahan Demi Masa Depan

18
×

Gedung Bocor, Murid Hanya Lima: Potret Sekolah Laskar Pelangi Pinggir Pantai yang Bertahan Demi Masa Depan

Share this article
Gedung Bocor, Murid Hanya Lima: Potret Sekolah laskar pelangi Pinggir Pantai yang Bertahan demi Masa Depan
Arik, founder UTBEX Indonesia bersama para murid istimewanya.(foto:sudutkota.id/ris)

Sudutkota.id – Di tengah gempuran modernisasi pendidikan, sebuah sekolah kecil di pesisir Malang Selatan justru masih berjuang bertahan dari kelalaian sistem. SMP PGRI 1 Bantur, Kabupaten Malang, yang terletak tak jauh dari kawasan wisata pantai, kini hanya memiliki lima siswa aktif di salah satu titik pengajaran mereka.

“Jumlah siswa kami tinggal lima orang di kelas pantai Ngantep. Dua di kelas tujuh, dua di kelas 8ldelapan, dan satu di kelas sembilan,” ungkap Arik, pendiri komunitas Unusually Think Become Extraordinary (UTBEX) Indonesia, yang menjadi mitra aktif sekolah tersebut, Jumat (8/8/2025).

Namun secara keseluruhan, SMP PGRI 1 Bantur masih memiliki jumlah siswa yang layak untuk terus dikembangkan. Di lokasi utama sekolah, setiap kelas (7, 8 dan 9), masing-masing memiliki 17 siswa aktif yang masih semangat menuntut ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan terhadap sekolah ini masih sangat relevan dan penting untuk dilanjutkan.

Baca Juga :  Ukraina Larang Penggunaan Aplikasi Telegram pada Perangkat Resmi

“Kami ingin sampaikan bahwa sekolah ini secara keseluruhan masih layak untuk dikembangkan. Yang lima anak itu adalah siswa dari titik pengajaran di Pantai Ngantep,” jelas Arik.

Kondisi bangunan sekolah pun sangat memprihatinkan. Atap yang bocor, dinding yang rapuh, dan lokasi bangunan yang berada di tengah antara dua gedung membuat proses belajar mengajar penuh risiko. Jika sewaktu-waktu roboh, gedung tersebut bisa menimpa bangunan di sekelilingnya.

“Kalau hujan turun, semua ruang kelas pasti bocor. Dan posisi gedung yang sudah rapuh ini sangat membahayakan jika sampai ambruk,” kata Arik dengan nada prihatin.

Meski berbagai upaya perbaikan telah dilakukan, sekolah ini nyaris tak tersentuh bantuan. Proposal demi proposal diajukan ke pihak terkait, namun hingga kini belum ada respons nyata. Ini mencerminkan persoalan pendidikan yang lebih luas dan nyata terjadi di Indonesia.

“Kami sudah mengajukan berbagai bentuk permohonan bantuan, tapi sampai hari ini belum ada yang menyentuhnya,” tegas Arik.

Baca Juga :  Dies Natalis Unitri ke 24 Diwarnai dengan Lomba Tumpeng dan Gelontoran Beasiswa

Alih-alih menyerah, UTBEX Indonesia memilih mengambil langkah tak biasa. Bersama para relawan dan dukungan dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui program PMM Berdampak 2025, mereka mengusung pendekatan pendidikan praktis berbasis teknologi. Para siswa diajarkan keterampilan seperti fotografi, videografi, menjadi pemandu wisata, hingga pemanfaatan media sosial.

“Kami ajarkan mereka jadi tour guide, fotografer, hingga membuat video, karena teknologi ini akan jadi bekal mereka untuk bertahan di kampung sendiri,” ujar Arik.

Upaya ini menjadi sinyal kuat bahwa pendidikan tak hanya soal angka atau gedung megah, tapi tentang harapan. UTBEX Indonesia dan SMP PGRI 1 Bantur ingin menggandeng semua pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat luas, untuk turun tangan bersama.

“Kami mengajak semua stakeholder agar ikut bergerak demi masa depan anak bangsa yang tinggal di pesisir ini,” tutup Arik.(ris)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *