Daerah

Dorong Ketahanan Pangan, Wawali Malang: Aktivis Harus Siap Jadi Petani Milenial, Bukan Sekadar Pengamat

8
×

Dorong Ketahanan Pangan, Wawali Malang: Aktivis Harus Siap Jadi Petani Milenial, Bukan Sekadar Pengamat

Share this article
Wakil Wali Kota Malang, Ali Muthohirin, mengajak para aktivis muda, khususnya kalangan mahasiswa, untuk mengambil peran lebih nyata
Wakil Wali Kota Malang, Ali Muthohirin saat membuka Rembuk Energi dan Ketahanan Pangan bersama Rumah Kebangsaan Jawa Timur. (Foto: dok. Pemkot Malang)

Sudutkota.id – Wakil Wali Kota Malang, Ali Muthohirin, mengajak para aktivis muda, khususnya kalangan mahasiswa, untuk mengambil peran lebih nyata dalam memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional. Menurutnya, tantangan global yang kian kompleks, termasuk ancaman konflik geopolitik, menuntut keterlibatan generasi muda dalam gerakan kedaulatan pangan berbasis komunitas.

“Ketika melihat peta global hari ini, kondisi geopolitik dunia sedang tidak stabil. Ancaman perang akan berdampak langsung pada perekonomian, energi, hingga ketahanan pangan. Maka, kenapa Presiden Prabowo begitu menekankan pentingnya kedaulatan pangan, itu bukan tanpa dasar,” ujar Wawali Ali saat membuka Rembuk Energi dan Ketahanan Pangan bersama Rumah Kebangsaan Jawa Timur, di Hotel Ijen Suites, Malang, Selasa (17/6/2025).

Acara ini diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Timur, bekerja sama dengan Pemkot Malang dan menghadirkan narasumber dari Universitas Brawijaya, DPRD Provinsi Jatim, serta berbagai organisasi kemahasiswaan se-Jawa Timur.

Dalam pidatonya, Wawali Ali mengusulkan rekayasa diaspora kader—yakni upaya sistematis untuk menyebar peran aktivis muda tidak hanya ke ranah politik, tetapi juga ke sektor strategis lain seperti pertanian, energi, dan pembangunan komunitas.

Baca Juga :  Pj Wali Kota Malang Tegaskan Pajak Merupakan Pilar Utama dalam Pembangunan dan Pelayanan Publik

“Selama ini seolah semua kader aktivis diarahkan ke politik. Padahal jumlah kursi politik itu terbatas, seperti piramida terbalik. Kalau semua berebut ke sana, maka kita kehilangan potensi besar. Yang dibutuhkan adalah gerakan kolektif kader-kader aktivis yang menyebar ke berbagai bidang penting, termasuk ketahanan pangan,” ungkapnya.

Ali mencontohkan inisiatif seperti Koperasi Merah Putih yang digagas pemerintah pusat sebagai peluang konkret yang bisa diisi oleh kader-kader muda. Ia menilai, kelompok tani berbasis kampus atau komunitas bisa menjadi embrio penting dalam menciptakan ekosistem pangan mandiri.

“Pertanyaannya, siapa yang akan isi kelompok tani itu? Apakah kader mahasiswa hari ini siap? Atau masih menafsirkan agen of change sebatas menjadi pengamat dan kritikus? Saatnya berubah. Mahasiswa harus siap juga menjadi pelaku langsung,” tantangnya.

Baca Juga :  Resmi Menjabat Anggota DPRD Kota Malang, Suryadi Tancap Gas

Menurutnya, organisasi pergerakan seperti HMI, PMII, GMNI, IMM, hingga BEM dan komunitas pemuda, memiliki jaringan dan sumber daya manusia yang cukup kuat untuk membentuk gerakan pangan di berbagai daerah.

“Kalau ini semua digerakkan, bukan tidak mungkin isu ketahanan pangan bisa diselesaikan dari level komunitas. Ini bukan mimpi. Tinggal kemauan dan keseriusan kita bersama,” imbuhnya.

Di akhir sambutan, Ali Muthohirin kembali menegaskan pentingnya aksi nyata, bukan hanya wacana. “Kita butuh aktivis yang tidak sekadar bicara, tapi juga bekerja dan berdampak. Menjadi agen perubahan itu bukan hanya menyuarakan perubahan, tapi juga mengerjakannya,” pungkasnya di hadapan ratusan peserta yang hadir.

Rembuk Energi dan Ketahanan Pangan ini juga menjadi ruang diskusi dan konsolidasi antar aktivis muda dari berbagai kampus, dengan tujuan membangun gerakan yang tidak hanya idealis, tetapi juga solutif dalam menjawab tantangan bangsa ke depan. (mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *