Sudutkota.id– Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu menegaskan pengelolaan sampah dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) harus dilakukan secara mandiri. Pasalnya, delapan dapur SPPG yang beroperasi saat ini menyumbang timbulan sampah cukup besar, mencapai sekitar 1,5 hingga 1,6 ton per hari.
Kepala DLH Kota Batu, Dian Fachroni, menyatakan sejak awal pihaknya telah mendorong setiap SPPG memiliki sistem pengolahan sampah sendiri agar tidak membebani fasilitas pengelolaan sampah desa dan kelurahan.
“Sejatinya kami sudah mendorong pengolahan sampah mandiri di masing-masing SPPG,” ujar Dian, Senin (22/12).
Namun dalam praktiknya, sebagian besar dapur SPPG justru memilih menggandeng Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) terdekat. Menurut Dian, langkah tersebut menambah beban baru bagi sistem pengelolaan sampah Kota Batu yang sejatinya diperuntukkan bagi sampah rumah tangga warga.
“Faktanya mereka bekerja sama dengan TPS3R desa maupun kelurahan. Ini jelas menambah beban,” tegasnya.
DLH mencatat, mayoritas sampah dari dapur SPPG berupa limbah organik, seperti sisa bahan makanan dan aktivitas dapur. Meski jenisnya mudah diolah, volume yang dihasilkan dinilai signifikan dan membuat beberapa TPS3R mulai kewalahan.
“Kalau dihitung dari beban, timbulan sampah SPPG bisa tembus 1,5 sampai 1,6 ton per hari. Ada TPS3R yang sudah cukup berat menangani tambahan ini,” jelas Dian.
Ia menekankan, TPS3R memiliki fungsi utama melayani pengelolaan sampah rumah tangga masyarakat. Keberadaan dapur skala besar seperti SPPG seharusnya tidak membebani fasilitas tersebut.
“Jika sampah SPPG dikelola sendiri, TPS3R bisa dioptimalkan untuk warga. Biaya operasional pengelolaan sampah juga bisa lebih ditekan,” ujarnya.
Saat ini, sekitar 70 persen timbulan sampah di Kota Batu telah tertangani melalui TPS3R, Bank Sampah Unit, serta fasilitas pengolahan sampah di hulu.
Sementara 20 hingga 30 persen masih ditangani di sektor hilir. Meski demikian, masih terdapat sekitar 10 hingga 15 ton sampah per hari yang belum tertangani secara optimal, terutama dari aktivitas pelaku usaha.
Kondisi tersebut menjadi perhatian serius DLH, mengingat tambahan sampah dari dapur SPPG berpotensi memperberat sistem yang ada. Sebagai solusi, DLH terus mendorong SPPG menyiapkan pengolahan limbah mandiri, salah satunya melalui pemanfaatan biodigester.
Teknologi ini dinilai efektif mengolah sisa makanan dan limbah organik melalui proses biologis, sehingga volume sampah berkurang dan tidak perlu dibuang ke TPS3R.
“SPPG seharusnya mampu mengolah limbah makanannya sendiri. Ini bagian dari tanggung jawab lingkungan yang harus dijalankan,” tutupnya.




















