Pendidikan

Dihadiri Mendikdasmen, FIB UB Helat Konfrensi Internasional TEFLIN ke-71

62
×

Dihadiri Mendikdasmen, FIB UB Helat Konfrensi Internasional TEFLIN ke-71

Share this article
Dihadiri Mendikdasmen, FIB UB Helat Konfrensi Internasional TEFLIN ke-71
Mendikdasmen Prof Abdul Mu'ti saat menyampaikan uraian kebijakan di acara TEFLIN ke-71 di UB.(foto:sudutkota.id/ded)

Sudutkota.id – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) menghelat konferensi internasional TEFLIN. Yakni The Association for the Teaching of English as a Foreign Language in Indonesia atau Asosiasi Pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing di Indonesia.

Acara ini dihadiri langsung oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Prof. Abdul Mu’ti.

Dalam kesempatan tersebut Mendikdasmen Prof Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa mulai tahun 2027, pelajaran Bahasa Inggris akan diajarkan sejak kelas 3 SD.

Kebijakan baru ini membutuhkan kesiapan sumber daya manusia, terutama guru yang kompeten mengajar Bahasa Inggris. Maka diperlukan lebih banyak guru yang punya kemampuan untuk mengajar Bahasa Inggris, baik dari lulusan pendidikan bahasa Inggris maupun guru bidang studi lain.

“Tapi nantinya para guru tersebut akan mendapatkan pelatihan,” ungkap Prof Mu’ti Kamis (9/10/2025).

Dalam kesempatan tersebut Rektor UB Prof. Widodo, S.Si, M.Si, Ph.D.Med.Sc, memberikan apresiasi tinggi atas langkah Menteri Pendidikan Dasar. Menurutnya, kebijakan tersebut sejalan dengan semangat Universitas Brawijaya dalam menyiapkan generasi unggul yang memiliki daya saing global.

“Dengan pembelajaran bahasa Inggris sejak SD, kemampuan komunikasi internasional generasi Indonesia akan semakin baik,” ucap Prof Widodo.

Bahkan Rektor UB menilai, depan lewat kebijakan ini bangsa Indonesia tidak hanya menjadi pendengar, tapi juga banyak berbicara dan berkontribusi di panggung dunia.

Dalam pandangannya, bahasa Inggris adalah jembatan menuju kolaborasi global dan alat diplomasi pengetahuan yang akan membuat Indonesia semakin diperhitungkan di dunia internasional.

Ia juga menekankan pentingnya integrasi teknologi kecerdasan buatan (AI) dengan nilai-nilai kemanusiaan. Menurutnya, AI harus menjadi sarana untuk memperkuat kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bukan menggantikan peran guru di ruang belajar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *