BRIN Sebut Angin di Rancaekek Merupakan Tornado Pertama di Indonesia, BMKG: Bukan Tornado, Tapi Puting Beliung

- Advertisement -

Sudutkota.id – Pakar klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin buka suara usai viral menyatakan cuaca ekstrem di Rancaekek, Jatinangor, jawa Barat, sebagai ‘tornado’ pertama di Indonesia.

Erma merupakan salah satu pakar yang menyebut kejadian puting beliung pada Rabu (21/2) sebagai tornado. Istilah tersebut kemudian dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan menyebut bahwa peristiwa tersebut lebih tepat disebut puting beliung ketimbang tornado.

Erma masih bertahan dengan pendapatnya dan menyebut bahwa kejadian tersebut merupakan tornado berskala kecil.

“Meteorologi adalah ilmu tentang skala. Puting beliung atau disebut small tornado ada pada skala mikro 0-2 km. Tornado ada pada skala meso lebih dari 2 km (>2-2000 km). Itu mengapa sangat sulit memprediksi puting beliung karena skalanya mikro. Sulit juga terdeteksi dari satelit,” kata Erma di platform X, Jumat (23/2).

“Namun jika skalanya meso (tornado), maka fenomena tersebut dapat terdeteksi dari satelit. Untuk mengkonfirmasi kecepatan angin maksimum kasus Rancaekek harus diletakkan alat ukur di area terdekatnya. Apakah ada AWS di Rancaekek yg bisa menunjukkan data persis kecepatannya?” tambahnya.

Erma menambahkan pada tahun 2009, ia bersama peneliti lainnya di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pernah melakukan kajian mengenai puting beliung dan menerbitkan artikel ilmiah berjudul “Puting Beliung, Small Tornado yang Sulit Diprediksi”. Menurutnya, kecuali jika skala mikro berubah menjadi meso, maka fenomena tersebut dapat lebih mudah diprediksi.

“Dari skala dampak kerusakan, kasus Rancaekek lebih luas dan lebih parah dibandingkan dengan Cimenyan (28 Maret 2021) yg udah kami kaji sebelumnya. Oleh karena itu, kami akan rekonstruksi, karena utk pertama kalinya, fenomena small tornado dapat dideteksi dari satelit,” tulisnya.

Sebelumnya, bencana alam puting beliung yang berpusat di Rancaekek dan melanda Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang pada Rabu (21/2) sekitar pukul 16.00 berdampak parah. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat, dua bencana angin puting beliung terjadi di Sumedang-Bandung, Rabu (21/2). Pertama, di Kecamatan Jatinagor, Sumedang, sekitar jam 16.00 WIB. Kedua, di Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, pada sore hari.

Pakar klimatologi dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) menggugah pertanyaan bahwa bencana angin kencang yang merusak banyak bangunan di Sumedang-Bandung sebagai tornado.
“Jadi bagaimana, kalian sudah percaya sekarang kalau badai tornado bisa terjadi di Indonesia? KAMAJAYA sudah memprediksi “extreme event” 21 Februari 2023,” tulis Erma Yulihastin, pakar klimatologi BRIN dalam unggahannya di platform X, Rabu (21/1).

“Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini.”

Erma juga membahas tentang durasi bencana tersebut yang berlangsung lama, beda dengan kebiasaan puting beliung di Indonesia.

“Selain itu juga durasi. Dalam kasus puting beliung yg biasa terjadi di Indonesia, hanya sekitar 5-10 menit itu pun sudah sangat lama. Hanya ada satu kasus yg tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021,” ungkapnya.

“Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada hari ini (21/2),” lanjut Erma.

“Efek tornado: beda dg puting beliung, tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado minimal kecepatan angin mencapai 70 km/jam. Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat: 56 km/jam. Sudah pernah lihat film Twister 1996?” ujarnya.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan angin yang menerjang kawasan perbatasan Kabupaten Bandung dan Sumedang merupakan angin puting beliung. Sebab, kecepatan minimum angin puting beliung dan tornado berbeda.

Hal tersebut disimpulkan dari data kecepatan angin yang didapat BMKG melalui catatan Automatic Weather Station (AWS) di Jatinangor. Dari catatan AWS, kecepatan angin berada di angka 36,8 kilometer per jam. Sementara tornado, diketahui memiliki kecepatan minimum di atas 70 kilometer per jam.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu menuturkan, berdasarkan indikator kecepatan angin pada kejadian Rabu lalu, dapat disimpulkan jika bencana yang terjadi merupakan puting beliung, bukan angin tornado seperti yang ramai diperdebatkan. “Kalau di kita menggunakan satuan km/jam itu satuan untuk kecepatan angin. Kalo misalnya itu yang dihebohkan sebagai tornado, ya pastinya dia (kecepatannya) jauh lebih tinggi dari 70 keatas, bahkan (bisa) ratusan km/jam,” ucap Rahayu, Jumat (23/2/2024).

“Yang jelas kalau tornado kita lihat mungkin mobil juga terangkat, bisa terbang-terbang, itu baru tinggi (kecepatannya)” tambahnya.

Rahayu juga memastikan, kecepatan angin saat kejadian bencana yang mengakibatkan kerusakan cukup parah beberapa hari lalu, tidak lebih dari data yang dicatat AWS. Karena itu, Ayu sapaannya, mengharapkan masyarakat untuk tidak perlu lagi memperdebatkan soal puting beliung dan tornado.

“Iya itu catatan dari alat kami yang ada di Jatinangor. Kita kan bicara berdasarkan data, 36,8 km per jam dan itu real data,” pungkasnya.

Sementara itu, BPBD Jawa Barat mencatat 534 bangunan mengalami kerusakan akibat bencana alam angin puting beliung itu. Kerusakan mulai dari ringan hingga berat.

“Untuk wilayah terdampak di Kabupaten Semedang itu ada di kecamatan Jatinangor dan Cimanggung sedangkan di Kabupaten Bandung ada Kecamatan Rancaekek, Cicalengka, dan Cileunyi,” kata Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar Hadi Rahmat dilansir Antara, Kamis (22/2/2024).

Hadi menyebut sebanyak 835 kepala keluarga (KK) di lima kecamatan tersebut juga terdampak puting beliung itu. Kemudian, ada 33 orang korban luka karena tertimpa material saat angin kencang terjadi dan sudah dilakukan perawatan intensif di rumah sakit. (wn)

Baca Juga ..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Share post:

Subscribe

Populer

Berita Lainya
Related

Pemuda Asal Bandulan Malang Dilaporkan Tenggelam di Sungai Coban Kedung Darmo saat Mandi

Sudutkota.id- Seorang pemuda yang bernama Muhammad Sifa Uddin (25)...

Jakarta Masih Memimpin Sementara Klasemen PON XXI Aceh-Sumut 2024

Sudutkota.id- Provinsi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) masih bertahan sebagai...

Terseret Ombak di Pantai Perawan Malang, Remaja Asal Sumawe Ditemukan Tewas

Sudutkota.id - M Rafi (15), remaja asal Dusun Sumber...

Lagi! Donald Trump Selamat dari Percobaan Pembunuhan saat Main Golf di Florida

Sudutkota.id- Upaya pembunuhan terhadap calon presiden dari Partai Republik...