Sudutkota.id – Ahmad Rijal Al-Hakim, seorang penulis dan peneliti, kini memainkan peran penting sebagai kurator dalam gerakan seni kampung bernama Tarkam. Lewat pendekatan kuratorial yang membumi, ia mendorong seni rupa agar lebih dekat dengan masyarakat.
“Saat ini saya menjalani peran sebagai kurator pameran seni rupa, khususnya di Tarkam,” ujarnya, Minggu (29/6/2025).
Tarkam sendiri merupakan komunitas seni yang mewadahi para pelaku seni dari berbagai latar belakang, seperti musik, teater, patung, dan lukisan. Sebagai kurator, Rijal bertugas menjembatani keragaman itu agar bisa bersuara dalam satu narasi yang utuh.
“Kelompok Tarkam ini tergabung dari beberapa seniman dengan latar belakang beragam,” katanya.
Berbeda dari pameran galeri pada umumnya, pendekatan yang diusung Rijal bersifat partisipatif dan berbasis kampung. Ia memilih kampung sebagai ruang pamer sekaligus laboratorium sosial, tempat seniman dan warga bisa belajar bersama.
“Tujuan kami adalah berbaur dengan masyarakat dan menggali potensi lokal sebagai bahan karya seni,” jelasnya.
Salah satu contohnya adalah proyek seni yang digelar di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Melalui keterlibatan seniman lokal, proyek ini berhasil membuka koneksi antarpelaku seni yang sebelumnya belum saling mengenal.
“Sekarang mereka sudah tergabung dalam kelompok yang bisa terus berkembang,” kata Rijal.
Sebagai kurator, Rijal melihat pentingnya membentuk ekosistem seni yang berkelanjutan. Ia tidak hanya merancang konsep pameran, tetapi juga mendorong kolaborasi lintas disiplin yang berakar dari identitas lokal.
“Kami ingin menyuarakan kesenian yang tumbuh dari wilayah-wilayah seperti Singosari,” ujarnya.
Tarkam tidak hanya menjadi ruang kerja kreatif, tapi juga menjadi model gerakan sosial yang bisa diadopsi komunitas lain. Rijal menegaskan bahwa konsep ini terbuka dan bisa diterapkan di berbagai daerah dengan semangat yang sama.
“Konsep Tarkam sangat bisa dikembangkan oleh kelompok lain di daerah masing-masing,” tegasnya.
Harapan besarnya adalah muncul lebih banyak kurator dan seniman muda yang berani bekerja dari akar rumput. Baginya, peran kurator bukan hanya soal estetika, tapi juga menyambung nilai-nilai sosial, budaya, dan komunitas.
“Tarkam bukan milik kami semata, tapi milik siapa pun yang ingin menggerakkan seni di tengah masyarakat,” pungkas Rijal.(ris)