Sudutkota.id – Memasuki usia 15 tahun pada 20 November 2025, lembaga konservasi Sahabat Alam Indonesia menegaskan kembali komitmennya dalam menjaga hutan, laut, serta memberdayakan masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.
Sejak berdiri pada 20 November 2010, lembaga ini berkembang menjadi salah satu organisasi yang mengintegrasikan isu lingkungan dan sosial sebagai satu kesatuan untuk menjawab tantangan perubahan iklim dan ketahanan pangan nasional.
Selama perjalanan satu setengah dekade, Sahabat Alam Indonesia membagi fokus kerjanya melalui tiga divisi: Ocean Defender, Forest Defender, dan Community Development.
Ketiga divisi ini bekerja dalam satu kerangka besar, melestarikan lingkungan sembari memastikan kesejahteraan masyarakat tetap menjadi pusat perhatian.
Divisi Ocean Defender menggarap program rehabilitasi terumbu karang dan mangrove, serta melakukan riset terhadap biota laut termasuk penyu, lumba-lumba, dan paus.
Sementara itu, divisi Forest Defender fokus pada perlindungan kawasan hutan dan penelitian keanekaragaman hayati.
Di sisi lain, melalui divisi Community Development, lembaga ini membangun “benteng sosial” melalui program pendidikan, kesehatan, perlindungan perempuan dan anak, hingga penguatan ekonomi keluarga dan kelembagaan desa.
Founder Sahabat Alam Indonesia, Andik Syaifudin, menegaskan bahwa upaya konservasi tidak bisa dipisahkan dari kondisi sosial masyarakat.
“Kami tidak bisa bicara konservasi ketika perut masyarakat lapar, pendidikan anak mereka terabaikan, atau kesehatannya terganggu. Penegakan hukum pun tidak akan adil jika masyarakat tak pernah diberi edukasi, solusi, dan pendampingan,” terang Andik, dalam refleksi 15 tahun organisasi, Kamis (20/11/2025).
Andik menambahkan bahwa keberhasilan menjaga hutan dan laut sangat bergantung pada keseimbangan antara kelestarian lingkungan dan kualitas hidup warga sekitar.
“Jangan sampai alam lestari tapi masyarakatnya tertinggal, atau masyarakat sejahtera tapi lingkungan rusak karena eksploitasi. Keduanya harus berjalan seimbang,” jelas Andik.
Memasuki usia 15 tahun, Sahabat Alam Indonesia menegaskan visinya untuk melanjutkan kolaborasi dengan masyarakat dalam menciptakan perubahan nyata.
Jargon yang terus mereka bawa, “Membangun Peradaban, Melestarikan Masa Depan”, menjadi penanda arah perjuangan organisasi dalam menjawab isu-isu keberlanjutan di Indonesia.




















