Sudutkota.id – Suasana Lapangan Amprong, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, berubah menjadi lautan rompi oranye, pada Sabtu (15/11/2025) pagi. Ratusan relawan dan potensi masyarakat dari berbagai kelurahan di Kota Malang berkumpul mengikuti Apel Kesiapsiagaan Kebencanaan yang digelar BPBD Kota Malang.
Sejak pukul 07.00 WIB, peserta sudah menggelar berbagai simulasi mulai dari penanganan korban, pendirian tenda darurat, hingga teknis pengungsian dan distribusi logistik. Mereka datang membawa perlengkapan mandiri, mulai dari helm, APD, hingga peralatan assessement kebencanaan.
Tujuannya, memastikan bahwa masyarakat Kota Malang siap menghadapi tingginya curah hujan yang mulai melanda sejak awal November.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Malang, Suprayitno, menegaskan bahwa momen ini menjadi penguatan kapasitas warga sebelum memasuki puncak musim hujan.
“Ini banyak melibatkan masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas manusia dan kesiapsiagaan. Kita ketahui, November ini curah hujan sudah tinggi. Bahkan beberapa tempat sudah mengalami banjir dan jembatan putus. Kegiatan ini untuk memastikan masyarakat lebih siap,” ujarnya.
Suprayitno menjelaskan, BPBD sejak awal sudah menyiapkan langkah antisipasi sebelum kejadian. Namun saat bencana berlangsung, peran warga dan relawan menjadi penentu seberapa cepat penanganan berjalan.
“Kami ingin mereka semakin kuat komitmennya sebagai relawan. Mereka harus bisa mengedukasi warga lain agar lebih siap. Karena curah hujan November sampai Januari nanti masih tinggi dan potensi kejadian masih ada,” katanya.
Apalagi, kata dia, bencana hidrometeorologi seperti banjir, pohon tumbang, dan tanah longsor lebih banyak terjadi di permukiman. Artinya, masyarakat adalah pihak pertama dan terdekat yang bisa bergerak sebelum petugas datang.
Berbeda dari kegiatan bulan lalu yang melibatkan lintas OPD, apel kali ini sengaja dipusatkan pada simulasi oleh masyarakat saja. BPBD ingin mengukur kemampuan relawan ketika mereka harus bekerja tanpa dukungan instansi teknis di menit-menit awal kejadian.
“OPD sudah punya tugas operasionalnya. Nah, momen ini kami fokus menguatkan masyarakat. Kami ingin melihat apakah mereka mampu melakukan assessment mandiri, menolong diri sendiri, memetakan jalur evakuasi, membagi logistik, sampai tahap pemulihan bencana. Mereka harus hampir mandiri,” jelasnya.
Namun bukan berarti BPBD lepas tangan. “BPBD tetap support. Tapi porsinya kami geser agar relawan punya kompetensi lengkap dari pra-bencana, saat kejadian, hingga pasca-bencana,” imbuhnya.
Kesiapan Kota Malang juga ditopang oleh peralatan kebencanaan yang selama dua tahun terakhir terus diperkuat. Sejak 2023–2024 BPBD menempatkan berbagai perangkat di seluruh kecamatan, sebagian besar hasil pengadaan dari Musrenbang dan aspirasi dewan.
“Walaupun belum terpenuhi seluruhnya, tapi sudah ada stimulan. Warga jadi tahu apa saja kebutuhan peralatan di wilayahnya,” kata Suprayitno.
Peralatan itu mencakup: pompa air, perahu karet,tenda darurat,dapur umum portabel, APAR, lampu penerangan, senter, jas hujan dan perlengkapan mitigasi lainnya.
Peralatan tersebut kini bisa dimanfaatkan camat dan lurah untuk latihan bersama masyarakat atau simulasi rutin di masing-masing wilayah.
“Potensi masyarakat itu besar. Tinggal bagaimana camat dan lurah mengelolanya, memanfaatkan peralatan yang sudah ditempatkan, dan melatih warga secara berkelanjutan,” tutup Suprayitno.




















