Daerah

DLH Kota Malang Dorong Pengurangan Sampah Organik Lewat Budidaya Maggot

123
×

DLH Kota Malang Dorong Pengurangan Sampah Organik Lewat Budidaya Maggot

Share this article
DLH Kota Malang Dorong Pengurangan Sampah Organik Lewat Budidaya Maggot
Plt. Kepala DLH Kota Malang, Gaimaliel Raymond, menjelaskan pemanfaatan maggot Black Soldier Fly (BSF) sebagai solusi pengolahan sampah organik rumah tangga yang dipamerkan dalam kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sampah di Hotel Pelangi, Rabu (24/9/2025).(foto:sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id – Upaya pengelolaan sampah di Kota Malang semakin diarahkan pada pengurangan sejak dari sumbernya. Salah satu terobosan yang kini dikenalkan adalah budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) sebagai solusi mengolah sampah organik rumah tangga.

Hal ini ditegaskan Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Gaimaliel Raymond, saat mendampingi Wali Kota Malang Dr. Ir. Wahyu Hidayat dalam kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sampah bagi Masyarakat Kota Malang di Hotel Pelangi, Rabu (24/9/2025).

Menurut Raymond, Kota Malang setiap harinya menghasilkan sekitar 650–700 ton sampah. Dari jumlah itu, hampir setengahnya berupa sampah organik rumah tangga yang sebetulnya masih bisa dimanfaatkan.

“Dari total timbulan sampah harian Kota Malang, sekitar 45 persen itu organik. Kalau tidak dikelola, semua menumpuk di TPA Supit Urang. Padahal dengan budidaya maggot, sampah organik bisa habis dimakan larva dalam waktu singkat dan hasilnya masih bisa dimanfaatkan,” jelasnya.

Raymond mencontohkan praktik yang sudah dijalankan di sejumlah bank sampah dan kelompok masyarakat, salah satunya Griya Maggot BSF.

“Larva maggot mampu mengurangi sampah organik sampai tiga kali bobot tubuhnya per hari. Selain itu, maggot kering bisa dijual sebagai pakan ternak dengan harga Rp15 Ribu sampai Rp30 Ribu per 100 gram. Jadi ada nilai tambah ekonomi bagi warga,” terangnya.

Ia menambahkan, DLH Kota Malang akan memperbanyak bank sampah yang juga mengelola organik.

“Konsepnya sederhana, sampah dipilah sejak dari rumah tangga. Organik diolah jadi kompos atau maggot, anorganik masuk ke bank sampah. Kalau ini berjalan konsisten, maka beban TPA bisa berkurang signifikan,” kata Raymond.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan.

“Pengelolaan sampah tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Justru masyarakat yang punya peran paling besar. Karena itu pelatihan ini melibatkan lebih dari 500 peserta agar mereka bisa menjadi penggerak di wilayah masing-masing,” tegasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *