Sudutkota.id – Memperingati Hari Kartini sekaligus HUT Kota Malang Ke 111, kolaborasi komunitas perempuan dan Asosiasi Perajin Batik Kota Malang menggelar Fashion Show On The Street Kartini Nang Kayutangan, Minggu (20/4/2025).
Wali Kota Malang Dr Ir Wahyu Hidayat mengatakan, kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Kartini dan hari jadi Kota Malang sekaligus Riyoyoan (lebaran).
“Jadi riyoyoan, halal bihalal terus Kartinian dan peragaan di koridor Kayutangan dan kampung Haritage Kayutangan,” ujar Wahyu Hidayat, Minggu (20/4/2025).
Masih kata Wali Kota Wahyu, tampilan-tampilan di acara ini luar biasa. Peserta menggunakan kebaya dan batik sebagai bentuk kepedulian dengan produk-produk dari dalam negeri.
Disamping itu, lanjut dia, kegiatan ini sebagai bentuk dukungan kepada produk lokal, yaitu batik. Selain menjadi ajang memamerkan batik, parade ini juga bisa menjadi daya tarik untuk memperkenalkan Kayutangan Heritage.
“Termasuk juga ingin membudayakan pakaian yang sopan di Kayutangan Heritage,” Imbuhnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita mengungkapkan, kalau untuk batik kota Malang sendiri sepertinya masih belum bisa disebutkan salah satu motifnya.
“Seperti misalnya di kota-kota lain gitu ya. Kalau kayak di Solo, Jogja mungkin ada batik apa yang khusus-khusus. Tapi kalau di Kota Malang sendiri sepertinya masih belum banyak yang tahu,” ujar Mia, panggilan akrab ketua dewan.
Di acara ini, lanjut dia, pesertanya tidak cuma dari kalangan tua. Tetapi dari kalangan anak muda juga banyak yang mengikuti.
“Ini juga kesempatan kita melakukan lintas atau memberikan tongkat estafet kepada anak-anak muda berkaitan tentang kebudayaan Kota Malang,” imbuhnya.
Di bagian lain, Ketua Asosiasi Pembatik Kota Malang, Isa Wahyudi atau lebih terkenal dengan Ki Demang mengatakan, parade ini dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi karena masih di bulan Syawal. Dan sekaligus memperingati Hari Kartini.
Batik dan kebaya yang dikenakan, lanjutnya, dimaksudkan sebagai bentuk pelestarian Intengible Cultural Heritage (ICH) yang telah diakui oleh UNESCO.
“Ini adalah salah satu tradisi dan budaya kita, budaya nusantara,” jelas Ki Demang.
Ia juga berharap, parade ini nantinya dapat menjadi pengingat bahwa perempuan berdaya dan berkarya. Mengingat banyaknya perempuan perajin dan peraga batik di Kota Malang.
Menurut Ki Demang, parade ini dimaksudkan untuk memperagakan karya dan penggunaan batik dari para pembatik di asosiasinya. Penggunaan batik dan kebaya harus disesuaikan dengan semestinya.
“Ini menyampaikan pesan bahwa terdapat pemakaian batik yang tidak benar, parade ini sebagai salah satu kontra produktif,” terangnya.
Ia mengkritik penggunaan jarik yang tidak sopan, digunakan di atas lutut contohnya.
“Oleh karena itu, kita kembalikan jarik, kita kembalikan kebaya sebagaimana fungsinya,” pungkasnya.(mit)




















