Sudutkota.id – Sebagai upaya merawat dan menjaga warisan luhur budaya bangsa khususnya batik tulis, ratusan siswa di Sukorejo, Kabupaten Pasuruan menggelar praktik membatik tulis secara kolosal.
Acara ini terasa semakin ringan, menggembirakan dan membahagiakan, ketika 603 siswa SMP Negeri 1 Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, tepatnya kelas 7 dan 8, secara kolosal membatik tulis.
Kegiatan ini sebagai bagian dari program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Membatik Bersama Membangun Bangsa.
Sedianya para siswa akan melakukan kegiatan ini dengan “outing class” ke galeri Batik Lintang yang berada di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Namun, seiring terbitnya surat edaran Bupati Pasuruan melalui Diknas yang melarang segala bentuk kegiatan-kegiatan yang berpotensi menghamburkan anggaran dan rawan kecelakaan, sebagai bagian dari program efesiensi sekaligus respon terhadap kondisi ekonomi global, maka agenda outing class berpergian antar daerah dilarang. Termasuk beberapa agenda lainnya.
Lalu apakah program membatik bersama membangun bangsa sebagai bagian dari agenda “outing class” ditiadakan? Tentu tidak.
Program membatik tetap dilaksanakan dengan berbagai cara, teknik dan strategi. Tentunya agar program bisa tetap diterima siswa dengan menyenangkan dan materi penyampaian tentang batik tulis bisa dipahami.
pihak SMPN 1 Sukorejo, melalui ketua Program P5-nya yang menggandeng Batik Lintang pun mengadakan rapat untuk merumuskan strateginya.
“Kami tidak akan melanggar aturan, namun kami juga tidak akan membatalkan kegiatan yang sudah terprogram, Alhamdulillah setelah rapat dengan batik Lintang, ada titik tengah serta solusi, hingga program ini bisa berjalan lancar, sukses dan menggembirakan bagi semua pihak, terima kasih Bu Ita dan timnya,” tegas Dicky Noveka. F, S.Pd , ketua Proyek Penguatan Profil Pancasila (P5) SMPN 1 Sukorejo, Selasa (29/4/2025)
Bagi Batik Lintang Malang, bukan hal baru mengadakan pelatihan dasar membatik tulis secara kolosal bersama siswa pelajar SMP. Bahkan sebelumnya Batik Lintang juga pernah dengan ratusan siswa PAUD yang dikemas “ciamik”.
Meski demikian bukan berarti tanpa tantangan. Pemberitahuan terkait kondisi kekinian yang tiba-tiba jelang Hari H bukanlah hal biasa dan menggembirakan. Apalagi setelah semua sudah dipersiapkan.
“Kami sudah mempersiapkan kedatangan siswa ke Galeri, berhubung ada kondisi kekinian, kami pun mencoba mencari solusi dan strategi terbaik agar semua bisa berjalan tanpa melanggar dan menabrak aturan,” tegas Ita Fitriyah, ST, MT, owner Batik Lintang Malang.
Dirinya mengaku mengalah dan memobilisasi pembatiknya sebanyak 4 orang dan membawa peralatan dan bahan menuju sekolah yang beralamat di Jalan Sumber Gareng RT 03 RW 06, Sengkan, Sukorejo, Kabupaten Pasuruan tersebut.
Selama dua hari, sejak Senin (28/4/3025) agenda kolosal membatik tulis dilaksanakan. Ini menjadi tantangan pertama kali yang dirasakan dan dijalani oleh siswa SMP tersebut.
“Awalnya kami takut namun setelah menjalani dan mengetahui hasilnya, jadi pingin membatik lagi karena ini kurang bagus,” ujar Marwah, siswi kelas 7, yang mengaku kurang puas dengan hasil karyanya karena baru pertama kali membatik tulis.
hal serupa juga dirasakan oleh Syaugi (14), siswa kelas 8/i, yang awalnya menganggap mudah.
“Awalnya saya pikir mudah ternyata banyak tantangannya dan harus sabar,” ucapnya ketika testimoni menilai karyanya sendiri di depan teman teamnya di auditorium sekolah.
“Biasa ketika diawal pasti meremehkan dan dianggap momok yang menakutkan, namun ketika melihat hasil tidak sesuai ekspektasi mereka menjadi kepo dan ingin kembali membatik,” tegas pemilik batik lintang Malang yang dikenal sebagai Asesor penguji pembatik Nasional ini.
Tak semuanya kecewa, wajah ceria dan bahagia ditunjukan oleh siswi kelas 8, Cesil Oktavia,” Saya senang, hasil ya sesuai yang saya inginkan dan bayangkan, saya pasti bisa lebih baik lagi jika ada membatik lagi,” ungkapnya sembari riang menenteng hasil karyanya keluar dari auditorium selepas sesi foto bersama wali kelas dan batik Lintang.
Semakin banyak siswa-siswi yang mengenal batik tulis dan mempelajarinya, menjadi harapan besar tentang keberadaan batik tulis sebagai warisan luhur budaya bangsa yang aman terjaga dan jadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Motif yang diusung pada pelatihan dasar membatik tulis di SMPN 1 Sukorejo kali ini adalah motif Kapuk Randu. Karena dulunya di Sukorejo terkenal sebagai daerah penghasil kapuk yang dirubah menjadi berbagai barang seperti kasur, guling, bantal dan lain-lain.(pus)