Daerah

Setelah 36 Tahun, Jalur Angkot di Kota Malang Akhirnya Direvisi Lewat Program Trans Jatim

50
×

Setelah 36 Tahun, Jalur Angkot di Kota Malang Akhirnya Direvisi Lewat Program Trans Jatim

Share this article
Setelah lebih dari tiga dekade tanpa pembaruan, jalur angkutan kota (angkot) di Kota Malang akhirnya direvisi bersamaan dengan peluncuran program Trans Jatim koridor Malang–Batu. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam upaya penataan ulang transportasi publik di Malang Raya agar lebih efisien, terintegrasi, dan ramah masyarakat.
Kepala Dishub Kota Malang, Wijaya Saleh Putra. (foto: sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id– Setelah lebih dari tiga dekade tanpa pembaruan, jalur angkutan kota (angkot) di Kota Malang akhirnya direvisi bersamaan dengan peluncuran program Trans Jatim koridor Malang–Batu. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam upaya penataan ulang transportasi publik di Malang Raya agar lebih efisien, terintegrasi, dan ramah masyarakat.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, Wijaya Saleh Putra, menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan Trans Jatim, pemerintah menerapkan skema scripting sebagai bentuk kompensasi bagi para sopir angkot yang terdampak oleh perubahan rute dan sistem transportasi baru.

Menurutnya, satu unit bus Trans Jatim akan menggantikan lima unit angkot yang sebelumnya beroperasi di jalur yang sama. Namun, para sopir angkot tidak dibiarkan kehilangan mata pencaharian karena diberi kesempatan menjadi bagian dari operator Trans Jatim.

“Skemanya satu bus menggantikan lima angkot. Jadi, lima pengemudi angkot mendapat prioritas bekerja di operator. Kalau ada yang sudah berusia 60-an tahun dan tidak bisa lagi, bisa digantikan anaknya,” jelas Wijaya, Jumat (7/11/2025).

Ia menambahkan, untuk tahap awal di wilayah Kota Malang, terdapat 7 armada Trans Jatim yang mulai beroperasi. Dari jumlah itu, setidaknya 35 pengemudi lokal telah dilibatkan baik sebagai sopir maupun teknisi.

Wijaya menyebut, kebijakan re-routing atau penataan ulang trayek angkot menjadi bagian penting dari transformasi ini. Tujuannya agar jalur angkot dapat berfungsi sebagai feeder yang mengantarkan penumpang dari kawasan permukiman menuju halte Trans Jatim.

Re-routing dilakukan karena jalur angkot di Malang terakhir diperbarui lewat perwali tahun 1989. Artinya sudah 36 tahun tidak pernah diupdate, sudah kalah dengan kondisi eksisting saat ini,” terang Wijaya.

Ia menegaskan, selama ini trayek angkot banyak yang tumpang tindih dan tidak lagi sesuai dengan kebutuhan mobilitas warga. Dengan kebijakan baru, jalur akan disesuaikan agar saling terhubung dan tidak bersaing dengan rute Trans Jatim.

“Sekarang orientasinya bukan lagi berebut penumpang, tapi saling melengkapi. Angkot jadi feeder, bus Trans Jatim jadi tulang punggung transportasi utama,” ujarnya

Selain scripting dan re-routing, Dishub Kota Malang juga tengah menyiapkan konversi angkutan sekolah yang sebelumnya dikelola oleh Dinas Pendidikan, menjadi bagian dari layanan BTS (Buy The Service).

“Angkutan sekolah yang selama ini di bawah Dinas Pendidikan akan dikonversi menjadi feeder Trans Jatim. Jadi anak-anak sekolah nantinya juga bisa terlayani dengan sistem BTS ini,” ungkap Wijaya.

Program BTS sendiri merupakan sistem pembelian layanan transportasi oleh pemerintah daerah untuk menjamin kualitas dan kesinambungan layanan. Dengan sistem ini, pengelolaan transportasi menjadi lebih teratur, dan masyarakat mendapat layanan dengan standar waktu dan keselamatan yang lebih baik.

Wijaya menambahkan, sistem BTS akan mulai berjalan penuh pada awal tahun depan, seiring dengan penguatan anggaran operasional dan integrasi antarwilayah di Malang Raya.

Dishub Kota Malang menilai, kehadiran Trans Jatim dan penataan ulang angkutan kota ini bukan sekadar perubahan teknis, tetapi juga bentuk transformasi sosial dan ekonomi. Selain memberikan kepastian kerja bagi sopir angkot, program ini diharapkan mengubah kebiasaan masyarakat untuk kembali menggunakan angkutan umum.

“Kita ingin masyarakat percaya lagi dengan angkutan umum. Trans Jatim bukan untuk mematikan angkot, tapi menata ulang sistemnya agar lebih efisien, terintegrasi, dan nyaman,” tandas Wijaya.

Ia juga memastikan, Dishub akan terus melakukan evaluasi terhadap pola perjalanan, titik halte, dan kebutuhan masyarakat, sehingga sistem transportasi baru ini benar-benar bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh warga Kota Malang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *