Sudutkota.id – Serangan Israel menewaskan tujuh orang di kota Nabatieh, Lebanon pada Rabu (14/2) malam, termasuk tiga anak-anak, menurut keterangan sumber. Serangan ini terjadi setelah serangan sebelumnya yang menewaskan seorang wanita dan dua anaknya di desa al-Sawana di perbatasan.
Beberapa pejuang kelompok bersenjata Lebanon juga tewas dalam serangan terpisah termasuk di Nabatieh, berdasarkan keterangan kelompok tersebut dan keterangan sumber keamanan
Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, mengutuk serangan di Nabatieh tersebut dan menginstruksikan menteri luar negerinya, Abdallah Bou Habib, untuk mengajukan pengaduan baru ke Dewan Keamanan PBB mengenai serangan tersebut.
Pada hari yang sama, Israel mengatakan bahwa pihaknya menanggapi tembakan roket lintas batas dari Lebanon yang telah menewaskan salah satu tentaranya dan membuat delapan lainnya dirawat di rumah sakit di kota Safed, sekitar 15 km (10 mil), dari perbatasan Lebanon. Namun Hisbullah tidak menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu.
Ketika ditanya tentang serangan Nabatieh, juru bicara tentara Israel mengatakan bahwa mereka sedang menunggu informasi lebih lanjut. “Mengenai peristiwa ini tetapi kami akan memperbaruinya ketika kami mengetahui rincian lebih lanjut, ” katanya kepada Reuters, Kamis (15/2).
Sementara itu, di hari yang sama, Hisbullah mengatakan bahwa Israel akan membayar “harga” atas pembunuhan 10 orang termasuk lima anak-anak di Lebanon selatan, hari paling mematikan bagi warga sipil Lebanon dalam empat bulan permusuhan di perbatasan Lebanon-Israel.
“Musuh akan menanggung akibatnya atas kejahatan ini, perlawanan akan terus menjalankan hak sahnya untuk membela rakyatnya, ” kata politisi Hisbullah Hassan Fadlallah dilansir dari Reuters.
Hisbullah hampir setiap hari melancarkan serangan terhadap sasaran-sasaran Israel di perbatasan sejak sekutunya dari Palestina, Hamas, menyerbu Israel dari Gaza pada 7 Oktober 2023. Hisbullah mengatakan serangannya akan berhenti hanya jika Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza, di mana lebih dari 28.000 orang Palestina terbunuh, menurut perhitungan otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.
“Kejahatan seperti ini tidak akan memungkinkan tentara pendudukan (Israel) memberikan keamanan kepada para pemukim di utara atau menekan Lebanon agar menerima persyaratannya. Satu-satunya pilihan yang tersedia adalah dengan melakukan hal tersebut untuk menghentikan pembantaian di Gaza,” kata Fadlallah mengacu pada serangan terbaru Israel di Lebanon.
Hisbullah yang didukung oleh Iran, berkonflik dengan Israel bersamaan dengan perang di Gaza. Sehingga memicu kekhawatiran tentang risiko konfrontasi habis-habisan antara kedua pihak yang bersenjata lengkap. Namun kedua belah pihak mengatakan mereka tidak menginginkan perang habis-habisan, dan sebagian besar konflik hanya terjadi di wilayah dekat perbatasan. Kekerasan tersebut telah menyebabkan puluhan ribu orang di kedua sisi perbatasan mengungsi.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant membahas “ancaman dan serangan yang dilakukan oleh Hizbullah di Lebanon” dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin semalam, menurut pernyataan dari kantor Gallant.
“Menteri Gallant menegaskan kembali komitmennya untuk memastikan keamanan di perbatasan utara dan pemulangan warga yang terpaksa mengungsi, baik melalui saluran diplomatik atau tindakan militer,” bunyi pernyataan itu.
Penembakan lintas batas antara Israel dan Hisbullah telah menewaskan lebih dari 200 orang di Lebanon, termasuk lebih dari 170 pejuang Hizbullah, serta sekitar selusin tentara Israel dan lima warga sipil Israel sejak 7 Oktober 2023. (wn)