Sudutkota.id– Rusia dan Ukraina kembali melakukan pertukaran tahanan dalam skala besar pada Minggu (25/5), meskipun tensi konflik meningkat menyusul serangan udara paling masif sejak awal invasi Rusia pada 2022. Pertukaran ini merupakan bagian ketiga dari rangkaian kesepakatan yang dicapai awal Mei di Istanbul, di mana kedua pihak sepakat untuk menukar total 1.000 tahanan militer dan sipil.
Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa masing-masing pihak membawa pulang 303 tahanan pada pertukaran terbaru. Sebelumnya, 307 dan 390 tahanan telah dipertukarkan pada hari Jumat dan Sabtu.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengonfirmasi pertukaran tersebut, dengan mengatakan di akun X-nya pada hari Minggu
“303 pembela Ukraina telah pulang.” Ia mencatat bahwa pasukan yang kembali ke Ukraina adalah anggota “Angkatan Bersenjata, Garda Nasional, Dinas Penjaga Perbatasan Negara, dan Dinas Transportasi Khusus Negara.”
Namun, pertukaran ini terjadi hanya beberapa jam setelah gelombang serangan udara besar-besaran yang diluncurkan Rusia ke berbagai wilayah Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv. Juru bicara Angkatan Udara Ukraina menyebut serangan tersebut sebagai yang terbesar sejak perang dimulai, melibatkan 367 unit yang terdiri dari 69 rudal dan 298 drone, sebagian besar di antaranya adalah drone Shahed buatan Iran.
Dikutip dari AP News, setidaknya 12 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan tersebut. Wilayah yang terdampak antara lain Kyiv, Zhytomyr, Khmelnytskyi, Mykolaiv, dan Kharkiv.
Di Kyiv, ledakan mengguncang berbagai distrik dan menyebabkan kerusakan pada bangunan pemukiman dan fasilitas pendidikan. Di Zhytomyr, tiga anak dilaporkan tewas akibat serangan, sementara empat orang lainnya meninggal di wilayah Khmelnytskyi.
Hari itu bertepatan dengan perayaan Hari Kyiv, yang biasanya dirayakan dengan berbagai kegiatan kebudayaan. Namun suasana berubah suram karena serangan tersebut.
Zelensky mendesak mitra-mitra Barat untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia, tuntutan lama pemimpin Ukraina tersebut tetapi meskipun ada peringatan kepada Moskow oleh Amerika Serikat dan Eropa, belum terwujud dengan cara apa pun untuk menghalangi Rusia.
“Ini adalah serangan yang disengaja terhadap kota-kota biasa. Tanpa tekanan yang benar-benar kuat pada kepemimpinan Rusia, kebrutalan ini tidak dapat dihentikan. Sanksi pasti akan membantu. Tekad itu penting sekarang, tekad Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan semua pihak di seluruh dunia yang menginginkan perdamaian,” tulis Zelenskyy di X.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia mengutip Yaroslav Yamikin, salah satu pasukan Rusia melaporkan kemajuan di wilayah timur laut Ukraina, termasuk perebutan posisi di Sumy dan Kharkiv. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut bahwa pasukan Ukraina telah terdorong mundur dari wilayah perbatasan di sekitar Kursk.
“Pasukan terus maju setiap hari dan mendorong mundur pasukan Ukraina,” terangnya.
Meskipun pertukaran tahanan menjadi titik terang dalam hubungan kedua negara yang sedang berkonflik, belum ada tanda-tanda gencatan senjata. Garis depan yang membentang lebih dari 1.000 kilometer tetap aktif, dengan pertempuran sengit terus berlangsung dan korban terus bertambah dari kedua belah pihak. (kae)