Sudutkota.id– Puluhan ribu orang berkumpul di jalan-jalan Roma untuk menyuarakan penghentian segera konflik di Gaza. Aksi protes ini diselenggarakan oleh partai-partai oposisi utama di Italia, yang menyatakan bahwa pemerintah Italia dinilai belum cukup vokal dalam merespons situasi tersebut pada Sabtu (07/06).
Para demonstran membentangkan spanduk bertuliskan ‘Hentikan pembantaian, hentikan keterlibatan!’ sambil berjalan damai melalui pusat kota Roma. Beragam kelompok hadir dalam aksi ini, termasuk keluarga dengan anak-anak, sambil mengibarkan bendera pelangi, Palestina, dan bendera partai politik.
Menurut penyelenggara, sekitar 300.000 orang ikut serta dalam aksi yang diselenggarakan oleh partai-partai oposisi. Pemimpin Partai Demokrat kiri-tengah, Elly Schlein, menyebut aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas masyarakat yang menuntut diakhirinya kekerasan di Gaza dan meminta pemerintah Italia mengambil sikap yang lebih tegas.
“Ini adalah respons populer yang luar biasa untuk mengatakan cukup atas pembantaian warga Palestina dan kejahatan pemerintahan Netanyahu,” tegas Schlein, seperti dikutip dari AP News pada Minggu (08/06).
Schlein juga menyatakan bahwa banyak masyarakat Italia yang menuntut pemerintah agar lebih aktif dalam merespons krisis kemanusiaan di Gaza. Ia juga menyinggung Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, yang baru-baru ini didesak oposisi untuk mengecam serangan Israel secara terbuka.
“Ada Italia lain yang tidak tinggal diam seperti yang dilakukan pemerintahan Meloni,” terangnya, lantaran banyak pengamat menganggap kritik Meloni terlalu malu-malu.
Selain itu, salah satu demonstran, Nadin Unali, menyampaikan bahwa menurutnya pemerintah Italia belum cukup bereaksi atas kondisi kemanusiaan yang terjadi.
“Pemerintah Italia tidak bereaksi meskipun terjadi pembantaian yang tidak wajar, meskipun reaksinya benar-benar kejam dan tidak pantas. Pemerintah Italia tetap diam,” bebernya.
Namun, pada awal pekan ini, Perdana Menteri Meloni telah meminta Israel untuk menghentikan serangan militernya dan menekankan pentingnya perlindungan warga sipil.
Israel terus menghadapi kritik internasional terkait dampak serangan militernya di Gaza serta tekanan agar mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan. Wilayah Gaza sendiri telah mengalami blokade hampir tiga bulan, sementara para ahli memperingatkan adanya ancaman kelaparan yang meluas bagi lebih dari 2 juta penduduk.
Konflik ini bermula pada 7 Oktober 2023, saat kelompok Hamas dan militan lainnya melakukan serangan mendadak di Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik ratusan sandera. Saat ini, sekitar 56 sandera masih ditahan.
Sementara, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 54.000 warga Palestina, termasuk banyak perempuan dan anak-anak, tewas akibat kampanye militer Israel, meskipun data tersebut tidak memisahkan korban sipil dan kombatan. (kae)