Sudutkota.id– Kinerja sektor pertanian di Kabupaten Jombang, Jawa Timur menunjukkan tren positif sepanjang tahun 2025.
Produksi padi mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, seiring meluasnya areal panen serta kondisi cuaca yang dinilai mendukung aktivitas tanam petani.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jombang, luas panen padi sepanjang 2025 diperkirakan mencapai 71.545 hektare.
Angka tersebut meningkat sekitar 16.000 hektare atau hampir 30 persen dibandingkan luas panen pada 2024 yang tercatat 55.369 hektare.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, M. Rony, membenarkan adanya tren peningkatan tersebut. Ia menyebut, capaian itu merupakan hasil akumulasi penghitungan data lapangan sepanjang tahun.
“Jika dibandingkan tahun 2024, luas panen padi tahun ini memang mengalami kenaikan cukup signifikan. Dampaknya, produksi padi baik dalam bentuk gabah kering panen maupun gabah kering giling ikut meningkat,” kata Rony, Rabu 31 Desember 2025.
Sepanjang 2025, produksi padi dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) diperkirakan mencapai 537.103 ton. Jumlah ini meningkat sekitar 125.553 ton atau 30,51 persen dibandingkan produksi GKP pada 2024 yang tercatat 411.550 ton.
Sementara itu, produksi Gabah Kering Giling (GKG) juga mengalami kenaikan. Pada 2025, produksi GKG diproyeksikan mencapai 446.715 ton, meningkat 104.424 ton dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka 342.291 ton.
Peningkatan produksi gabah tersebut turut mendorong bertambahnya ketersediaan beras konsumsi penduduk. Produksi beras di Jombang pada 2025 diperkirakan mencapai 257.942 ton, atau naik sekitar 60.000 ton dibandingkan 2024.
Rony menjelaskan, salah satu faktor utama pendorong kenaikan produksi padi adalah kondisi iklim. Sepanjang 2025, wilayah Jombang mengalami fenomena kemarau basah dengan curah hujan yang relatif merata.
“Curah hujan yang stabil membuat jadwal tanam bisa lebih maju. Petani tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mulai menanam,” ujarnya.
Selain faktor cuaca, perubahan pola tanam petani juga berkontribusi terhadap peningkatan produksi. Sejumlah lahan yang sebelumnya ditanami komoditas nonpadi, seperti jagung dan semangka, kini beralih ditanami padi.
“Banyak petani mengganti tanaman karena padi dinilai lebih aman dan sesuai dengan kondisi iklim tahun ini,” kata Rony.
Dukungan infrastruktur pertanian turut memperkuat capaian tersebut. Program irigasi perpompaan memungkinkan lahan yang sebelumnya hanya ditanami satu kali dalam setahun, kini dapat ditanami dua kali atau lebih.
“Indeks pertanaman meningkat, sehingga pemanfaatan lahan menjadi lebih optimal,” tuturnya.
Selain itu, pelaksanaan Program Optimasi Lahan (OPLAH) di Kabupaten Jombang juga berperan penting. Program ini menyasar ribuan hektare lahan pertanian dan mendorong peningkatan produktivitas secara lebih merata di berbagai wilayah.




















