Sudutkota.id- Ukraina memperingati 1.000 hari sejak invasi besar-besaran Rusia yang telah menimbulkan kerugian besar bagi negara tersebut pada Selasa (19/11). Pasukan Ukraina terus berjuang di medan perang yang berbeda, Kyiv dikepung oleh serangan pesawat tak berawak dan rudal yang terus mengancam selama 33 bulan.
Presiden AS Joe Biden memberikan lampu hijau bagi penggunaan rudal AS terhadap target di Rusia, sebagai upaya untuk membatasi kemampuan Rusia dalam melancarkan serangan dan memasok pasokan di garis depan. Namun, rencana ini mungkin dapat berubah ketika Trump kembali ke Gedung Putih pada bulan Januari.
Ribuan warga Ukraina tewas, jutaan lainnya hidup sebagai pengungsi, dan populasi negara tersebut telah mengalami penurunan signifikan sejak invasi dimulai. Perang ini telah menimbulkan tragedi dan kesedihan di seluruh Ukraina, dengan pemakaman militer menjadi pemandangan biasa di berbagai kota dan desa.
Dengan kedatangan musim dingin, peningkatan eskalasi terasa di medan perang antara Ukraina dan Rusia. Meskipun Ukraina terus mempertahankan wilayahnya, Rusia juga telah meningkatkan kehadiran militernya di beberapa wilayah Ukraina.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, berharap dapat mengakhiri perang tahun depan melalui upaya diplomatik. Namun, ia menegaskan bahwa Ukraina tidak akan berhenti memperjuangkan keamanan dan kedaulatan negaranya.
“Kami ingin memperingatkan semua orang: tidak akan ada ‘Minsk 3’; yang kami butuhkan adalah perdamaian sejati,” katanya dikutip dari Reuters.
Namun Kremlin tetap tegas dengan tujuan perangnya, menuntut Ukraina untuk menarik diri dari sejumlah wilayah dan mencabut ambisinya untuk bergabung dengan NATO.
Diketahui dari perang tersebut, data Misi Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB telah memverifikasi kematian 11.743 warga sipil Ukraina , meskipun beberapa pejabat Kyiv percaya jumlahnya jauh lebih tinggi. (Ka)