Sudutkota.id – Rencana besar Pemerintah Kota Malang untuk merevitalisasi Pasar Induk Gadang resmi mulai bergerak. Setelah melalui setidaknya 12 kali pertemuan antara perwakilan pedagang dan pihak pemerintah, kini mereka menyatakan kesiapannya untuk direlokasi secara bertahap.
Namun, para pedagang menekankan, relokasi hanya akan dilakukan jika pembangunan area pengganti benar-benar sudah siap dan layak digunakan.
Abdul Khalil, Koordinator Pedagang Pasar Induk Gadang, menjelaskan bahwa proses ini sudah lama dirancang. Namun baru tahun ini terjadi kesepahaman antara pedagang dan pemerintah.
“Pertemuan awal saya masih berdasarkan arahan Pak Eko dari Dinas Perdagangan. Sampai sekarang sudah 12 kali pertemuan. Pembongkaran awal itu hanya simbolik dari Pak Wali, teknisnya kami menunggu petunjuk lanjutan dari dinas,” ujarnya saat ditemui usai rapat internal pedagang, Rabu (9/7/2025).
Menurut Khalil, pedagang sepakat bahwa relokasi akan dilakukan bertahap. Tahap pertama dimulai dari pembangunan area belakang pasar. Setelah selesai, barulah pedagang yang berada di bagian depan akan dipindahkan ke lokasi baru.
“Lahan belakang dibongkar dulu, dimatangkan, kemudian dibangun. Setelah itu pedagang buah, ikan, dan sembako akan dipindah ke sana. Baru bagian depan pasar dibongkar. Semua berjalan bertahap agar aktivitas dagang tetap bisa berjalan,” jelasnya.
Ia menambahkan, para pedagang kini tidak lagi menolak rencana revitalisasi. Kesadaran kolektif muncul karena kondisi pasar yang semakin sempit dan akses jalan yang kerap macet.
“Sebenarnya keinginan pemerintah sudah lama. Tapi sekarang kami pun sadar, kami butuh jalan yang lebih lancar dan lingkungan pasar yang lebih layak. Kami siap membangun secara swadaya,” katanya.
Khalil juga menegaskan bahwa pembangunan kios baru akan dilakukan mandiri oleh para pedagang. Pemerintah kota hanya berperan menyewakan lahan. “Pedagang siap bangun sendiri. Yang penting lahan ada dan jelas,” ujarnya.
Sempat beredar kabar bahwa para pedagang akan dipindahkan ke area bekas terminal Gadang. Namun rencana itu ditolak mentah-mentah.
“Lokasi bekas terminal itu masih sengketa dengan investor. Tidak jelas. Kami semua sepakat menolak dipindah ke sana. Untungnya, pemerintah sekarang sudah menyesuaikan lokasi relokasi,” tambah Khalil.
Meski secara prinsip sudah disepakati, proses relokasi ini masih menunggu kepastian teknis. Hingga kini, site plan dan RAP (Rencana Anggaran Pembangunan) belum difinalisasi. Khalil menyebut, target relokasi bisa dilakukan dalam enam bulan, tetapi dengan catatan semua dokumen teknis rampung dalam waktu dekat.
“Kalau dari teman-teman pedagang, targetnya enam bulan sudah bisa ditempati. Tapi kalau pembongkaran atau pembangunan molor, ya bisa lebih lama. Apalagi site plan-nya belum keluar. Kami masih menunggu itu dulu,” katanya.
Total ada 686 pedagang yang akan terdampak relokasi ini. Terdiri dari sekitar 37 pedagang buah, 20 pedagang ikan, dan ratusan pedagang sembako dan kebutuhan pokok lainnya. Seluruhnya berada di sisi selatan pasar, berbeda dengan area utara (V1) yang tidak masuk dalam tahap awal revitalisasi.
“Yang 686 itu semuanya sisi selatan, dari ujung sampai dekat jembatan. Kalau pembangunan di belakang sudah selesai, kami siap pindah. Tapi kalau belum, kami tetap di tempat dulu. Prinsip kami sederhana: jangan dipaksa pindah sebelum tempatnya siap,” tegas Khalil.
Khalil berharap pemerintah konsisten dan tidak berubah-ubah dalam merancang kebijakan relokasi. Ia juga meminta agar pedagang tetap dilibatkan dalam proses teknis, termasuk saat penentuan desain kios, zonasi, dan alur masuk-pengunjung.
“Kami tidak ingin hanya dijadikan objek. Kami siap mendukung revitalisasi ini, tapi juga ingin diajak bicara, dilibatkan sejak awal hingga akhir,” katanya.
Revitalisasi Pasar Induk Gadang menjadi salah satu proyek prioritas Pemkot Malang tahun ini. Harapannya, pasar tradisional terbesar di kawasan selatan kota ini bisa berubah wajah menjadi pusat perdagangan yang lebih bersih, rapi, modern, tanpa meninggalkan ciri khas kerakyatan.(mit)